Ketika kita mengajarkan anak tentang hidup....
Ketika kita mencoba
mengajarkan anak-anak kita tentang hidup,
anak-anak kita mengajarkan kepada kita
apa itu hidup.
- Angela Schwindt
Kutipan
Balaslah senyum anak-anak kecil
Mengacuhkan mereka akan mengancurkan keyakinan bahwa dunia adalah tempat yang baik
Mengapa Anjing dan Kucing Bermusuhan?
Dahulu kala di Cina, hidup seorang
laki-laki tua. Ia tidak mempunyai
keluarga. Hanya seekor anjing dan seekor kucing yang menemaninya.
Rumah laki-laki tua itu ada di sebuah
lembah, di dekat tebing. Tak ada orang lain yang tinggal di tempat itu. Bahkan jarang sekali ada orang yang lewat di
lembah itu.
Pada suatu hari, seorang pencuri melihat
rumah di dekat tebing yang sepi. Rumah itu dikelilingi kebun. Bukan seperti
kebun umumnya, kebun itu penuh batu-batu indah besar-besar dan beraneka warna.
Melihat rumah dan kebun yang aneh itu, pencuri itu ingin mencari sesuatu yang
bisa dicurinya. Ia mencari celah di
dinding rumah supaya bisa mengintip ke dalam.
Di dalam rumah banyak sekali barang mewah.
Semuanya pasti dapat dijual dengan harga tinggi. Seorang laki-laki tua sedang duduk di depan
sebuah meja besar yang terbuat dari batu pualam. Anjingnya duduk di sebelahnya,
dan seekor kucing melingkar di pangkuannya.
“Waktunya makan malam,” kata pak tua kepada
anjingnya. “Kamu mau makan apa?”
Anjing
menggonggong satu kali dan tuannya mengangguk. Lalu ia mengeluarkan sebuah
tongkat berwarna keperakan dan mengucapkan sesuatu. Seketika di depan si anjing
muncul sebuah mangkuk besar berisi kaldu yang aromanya sedap sekali. Anjing itu
makan dengan lahap.
“Nah, kamu mau makan apa?” kata pak tua
kepada kucingnya. Kucing itu hanya menjilat tangan tuannya. Pak tua mengatakan sesuatu kepada tongkatnya
dan muncullah ikan besar yang segera dimakan oleh kucing.
Setelah itu pak tua minta makanan yang
diinginkannya kepada tongkat perak. Meja makan itu langsung penuh dengan
makanan yang lezat.
Setelah semua makan, pak tua mengeluarkan
tongkatnya lagi dan meminta agar semua sisa makanan dibersihkan. Kemudian ia mengajak anjing dan kucingnya
pergi ke kamar tidur.
Esok harinya, pak tua menyadari tongkat
ajaibnya lenyap. Ada pencuri masuk ke rumah dan mengambil tongkat itu.
“Bagaimana kita bisa hidup tanpa tongkat
ajaib?” keluhnya kepada kedua sahabatnya.
“Aku sudah tua, aku tidak kuat lagi pergi
mencari tongkat itu. Kalian berdua pergilah mencarinya.”
Anjing memandangi tuannya sesaat. Kucing
itu menjilat-jilat tangan pak tua. Kemudian mereka pergi.
Anjing dan kucing pergi berkelana selama
berbulan-bulan. Anjing mencari sisa makanan di tempat sampah dan memakannya
bersama kucing. Kadang-kadang kucing masuk ke dapur orang dan mencuri makanan.
Kucing makan sampai kenyang dulu, setelah itu ia membawa sisa-sisa makanan
untuk anjing.
Pada suatu hari mereka mendengar orang-orang
ramai membicarakan sebuah istana yang muncul tiba-tiba. Padahal tak
seorang pun melihat istana itu dibangun. Di dalam istana itu tinggal seorang
kaya raya.
Anjing dan kucing tahu bahwa mereka sudah
menemukan pencuri tongkat ajaib pak tua.
Mereka mencari istana itu. Istana berdiri megah di seberang sungai yang lebar.
Beberapa penjaga tampak di sekitar istana. Ada seorang laki-laki yang memakai
pakaian yang sangat mewah. Ia memegang tongkat ajaib.
“Kamu bisa berenang,” kata kucing kepada
anjing. “Kamu menyeberang sungai, aku akan naik di punggungmu.”
“Apa pun akan kulakukan untuk mengambil
kembali tongkat tuan kita,” kata anjing.
“Tapi jangan kamu cakar punggungku, ya.”
Mereka menyeberang sungai bersama-sama. Air
sungai besar itu sangat deras sehingga anjing kelelahan ketika tiba di
seberang. Kucing langsung melompat dan merebut tongkat ajaib dari pencuri. Ia
langsung lari membawa tongkat dan bersembunyi. Kemudian kucing minta kepada
tongkat ajaib untuk membawanya pulang ke rumah tuannya. Tak sedikitpun niatnya
untuk menunggu si anjing. Kucing dalam sekejap sudah kembali ke rumah tuannya. Ia menyerahkan tongkat kepada pak tua.
Sementara itu anjing hampir tertangkap oleh
penjaga. Ia berhasil melarikan diri, tapi terluka cukup parah.
“Mana temanmu? Mengapa kamu pulang
sendirian?”
Kucing tidak menjawab. Walaupun ia senang
kucing dan tongkat ajaib sudah kembali, ia merasa kecewa pada anjing. Pak tua mengira anjing tidak mencari tongkat, malah pergi entah ke mana.
Beberapa bulan berlalu. Anjing tiba kembali
di rumah pak tua. Kakinya pincang dan bekas-bekas luka masih kelihatan di
tubuhnya. Ia mengira pak tua akan senang melihatnya, tapi pak tua malah
mengusirnya.
“Teman,” kata anjing kepada kucing.
“Ceritakan pengalaman kita kepada tuan.”
Kucing hanya memandang anjing dengan
tatapan menghina dan pergi.
Anjing merasa sangat sedih dan kecewa. Ia
juga marah sekali kepada kucing. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia pergi
dan tidak pernah kembali lagi.
Keturunan sang anjing tidak pernah lupa
pada apa yang dilakukan kucing. Mereka sangat membenci keturunan kucing. Sampai
sekarang, tiap melihat kucing, anjing akan mengejarnya.