Monyet dan Kacang Polong


Dahulu kala, seorang raja memerintah sebuah kerajaan yang besar. Sang raja suka sekali bepergian. Ia tidak suka mengunjungi negaranya sendiri, tapi lebih suka pergi ke negara lain. 

Pada suatu hari sang raja membawa pasukan tentara berlibur di sebuah negara yang jauh.
Raja berjalan-jalan di hutan sepanjang pagi. Kemudian ia dan tentaranya beristirahat di kemah. Kuda-kuda mereka juga perlu melepas lelah. Mereka diberi makan kacang polong. 

Seekor monyet yang tinggal di hutan itu mengawasi rombongan itu dari kejauhan. Ketika ia melihat kacang polong yang diberikan kepada kuda, segera ia turun dari pohon dan mengisi mulut dan tangannya dengan kacang polong banyak-banyak. Lalu ia naik lagi ke pohon dan makan.

Tiba-tiba, sebutir kacang terlepas dari tangan monyet dan jatuh ke tanah. Monyet yang serakah itu langsung melemparkan semua kacang dalam genggamannya dan turun dari pohon untuk mencari kacang yang jatuh itu. 

Kacang itu tidak ditemukannya. Monyet memanjat pohon lagi dan baru menyadari ia kehilangan semua kacangnya. Dengan sedih, ia berkata pada dirinya sendiri, “Demi sebutir kacang, aku membuang semua kacangku.”

Raja diam-diam memperhatikan tingkah laku monyet itu. “Aku tidak mau seperti monyet itu. Ia kehilangan banyak sekali demi keuntungan kecil. Aku akan kembali ke negeriku dan menikmati apa yang sudah kumiliki.”
Raja kemudian mengajak tentaranya pulang ke negaranya sendiri.

Moral: Hargai apa yang kaumiliki


Baca juga: Wanita Yang Menyamar Menjadi Pria Demi Menjadi Dokter

Pohon Belimbing dan GagakRaksasa



Dahulu kala di sebuah desa di Vietnam hiduplah seorang kaya. Ia memiliki dua anak lelaki. Anak sulungnya bersifat tamak dan serakah. Sedangkan si bungsu baik hati. Ketika orang kaya itu meninggal, ia meninggalkan harta sangat banyak. Si sulung mengambil hampir semua harta peninggalan ayahnya sehingga adiknya hanya memiliki sebuah gubuk dengan sebatang pohon belimbing.

Si bungsu merawat pohon belimbingnya dengan baik.pohon itu berbuah banyak. Si bungsu dan isterinya senang sekali karena mereka nanti bisa menjual buah belimbing
Tapi ketika belimbing siap dipanen, seekor burung gagak raksasa datang dan memakan belimbing sampai habis. Isteri si bungsu menangis, “Malangnya nasib kita. Hanya belimbing itu yang kita punya. Sekarang kita tidak bisa menjualnya.”

Burung gagak itu menjawab, “Aku makan belimbing, aku bayar dengan emas.” Burung itu kemudian menyuruh menyiapkan sebuah karung sepanjang tiga kaki.

Si bungsu dan isterinya kemudian membuat karung berukuran tiga kaki dan menunggu gagak itu kembali.

Beberapa hari kemudian, gagak itu datang lagi. Ia makan semua buah belimbing, lalu turun dari pohon. Ia menyuruh si bungsu naik ke punggungnya dan membawa karungnya. Gagak membawa si bungsu ke sebuah pulau yang jauh. Pulau  itu penuh batu permata yang berharga. Gagak menyuruh si bungsu mengambil batu permata sebanyak yang ia inginkan. Kemudian ia membawa si bungsu pulang ke rumahnya. Si bungsu dan isterinya menjual batu permata dan menjadi kaya raya. Mereka hidup berkecukupan dan banyak membantu orang miskin.

Pada peringatan wafatnya ayahnya, si bungsu mengundang kakaknya ke rumahnya. Si sulung dan isterinya heran melihat kekayaan adiknya. Ia bertanya dari mana si bungsu mendapat begitu banyak harta. Si bungsu dengan jujur menceritakan tentang burung gagak dan pulau harta.

Si sulung ingin mendapat harta seperti adiknya. Ia menawarkan untuk menukar seluruh hartanya dengan gubuk dan pohon belimbing si bungsu. Si bungsu setuju.

Ketika buah belimbing sudah masak, burung gagak raksasa datang dan makan belimbing. Ia menyuruh si sulung menyiapkan karung sepanjang tiga kaki. Si sulung yang serakah ingin mendapat lebih banyak permata. Ia membuat dua buah karung berukuran enam kaki.

Beberapa hari kemudian burung gagak membawa si sulung ke pulau permata. Si sulung cepat-cepat mengisi dua karungnya yang besar dengan permata sampai penuh. Dalam perjalanan pulang, di atas laut, burung gagak tidak dapat menahan beban seorang manusia dan dua karung yang sangat berat. Burung itu terjatuh. Si sulung jatuh dari punggung gagak. Gagak itu dapat terbang lagi, tapi si sulung bersama karung permatanya jatuh ke laut dan tenggelam.













Kisah Hok Li dan Orang-orang Kerdil



Dahulu kala di sebuah kota kecil hiduplah seorang ptia bernama Hok Li. Hok Li hidup seorang diri, tidak punya  keluarga.

Hok Li sangat rajin. Ia bekerja mencari uang dan mengerjakan pekerjaan di rumah karena tidak memiliki isteri.

Tapi ada satu hal yang tidak diketahui para tetangganya. Ia bekerja keras sepanjang hari. Pada malam hari, ketika semua orang tidur, Hok Li pergi bersama teman-temannya masuk ke rumah orang-orang kaya dan mengambil barang apa saja yang bisa mereka bawa.

Pada suatu ketika, seorang teman perampok Hok Li tertangkap dan dihukum. Kejadian itu membuat kegemparan di mana-mana, tapi tak ada yang curiga bahwa Hok Li juga anggota komplotan perampok itu. Hok Li sudah mengumpulkan banyak uang dari hasil merampok. Tapi orang-orang hanya mengenalnya sebagai Hok Li, orang paling rajin bekerja di seluruh negeri.

Pada suatu pagi, Hok Li ke luar rumah untuk pergi ke pasar. Tetangganya menyapa,”Hok Li, mengapa wajahmu bengkak?”

Pipi kanan Hok Li bengkak, hingga besarnya dua kali pipi kirinya. Sekarang pipi yang bengkak itu mulai terasa sakit.

Hok Li mencoba berbagai obat untuk menyembuhkan pipinya, namun justeru makin bengkak dan sakit. Bahkan ia tidak tahu mengapa pipinya bengkak. Tetanga-tetangganya mengejeknya karena pipi kanannya sekarang sama besar dengan kepalanya.

Orang Tua adalah....


Orang tua adalah guru, pembimbing, pemimpin, pelindung dan penyedia bagi anak-anak mereka. 
- Iyanla Vanzant

Orang Bijak Yang Tak Pernah Berbohong

Dahulu kala, hidup seorang bijak yang tidak pernah berbohong. Namanya Mamad. Semua orang di seluruh negeri tahu tentang dia.

Raja ingin menguji Mamad dan mengundangnya ke istana. Raja bertanya, “Mamad, apakah benar, kamu tidak pernah berbohong?”

“Benar, Yang Mulia.”

“Dan kau tidak akan pernah berbohong seumur hidup?”

“Ya, Yang Mulia.”

“Baiklah, katakan yang sebenarnya, tapi hati-hati, dusta mudah membelokkan lidahmu.”

Beberapa hari kemudian, raja memanggil Mamad lagi. Raja bersama banyak orang dan sedang bersiap untuk pergi berburu. Raja memegang surai kuda, kaki kirinya sudah ada di sanggurdi.

“Pergilah ke istana musim panasku,” perintah raja kepada Mamad.
“Katakan kepada ratu, aku akan datang untuk makan siang. Mintalah ratu menyiapkan pesta besar. Kau kuundang makan siang bersamaku.”

Mamad memberi hormat dan pergi ke istana musim panas. Setelah ia pergi, raja tertawa dan berkata, “Kita batal pergi berburu sekarang dan Mamad berbohong kepada ratu. Besok kita dapat menertawakan dia.”

Tapi apa yang dikatakan Mamad kepada ratu?
“Yang Mulia ratu, mungkin anda harus menyiapkan pesta besar untuk makan siang besok, tapi mungkin juga tidak.”

“Mungkin sang raja akan datang pada siang hari, tapi mungkin juga tidak.”

“Jadi raja akan datang, atau tidak?” tanya ratu.

“Saya tidak tahu, apakah setelah saya pergi raja menaikkan kaki kanannya ke sanggurdi kuda, atau raja menurunkan kaki kirinya ke tanah.”

Semua orang menunggu. Raja datang pada esok harinya dan berkata kepada ratu, “Mamad yang bijaksana, yang tidak pernah berbohong seumur hidupnya, berbohong kepadamu kemarin.”


Ratu menceritakan kata-kata Mamad kepadanya. Raja pun menyadari, bahwa orang bijaksana itu benar-benar tidak pernah berbohong, dan ia telah melihat buktinya.

Yang Terbaik Yang Dapat Anda Berikan


Hal terbaik yang Anda berikan kepada 
anak-anak Anda adalah WAKTU.
                                              - JD Ghai

Baju Baru Raja


Dahulu kala, hidup seorang raja yang suka sekali memakai baju baru. Ia menghabiskan uangnya untuk membeli pakaian baru. Sang raja tidak mempedulikan rakyatnya. Ia berganti baju setiap satu jam sekali. Ia juga suka berkeliling kota untuk memamerkan baju barunya.
Ibukota kerajaan itu adalah kota yang ramai. Banyak orang asing datang ke kota itu. Pada suatu hari, dua orang penipu datang ke kota itu. Mereka membual bahwa mereka adalah pembuat kain terbaik di seluruh dunia. Kata mereka, pakaian yang dibuat dari kain mereka hanya dapat dilihat oleh orang yang pandai dan bijaksana. Orang bodoh tidak akan dapat melihatnya.
Raja mendengar berita itu. “Pasti kain itu bagus sekali,” kata raja dalam hati. “Kalau aku memakai baju dari kain itu, aku akan langsung tahu siapa orang yang bijak dan siapa yang bodoh.”
Raja memanggil kedua penipu itu dan meminta mereka menenun kain istimewa untuknya. Kedua orang itu meminta banyak uang dan sutera dan kain emas terbaik untuk membuat kain. Mereka memasang dua buah mesin tenun dan sibuk menenun kain, yang tak seorang pun dapat melihatnya. Tentu saja kain itu tidak terlihat, karena mereka hanya berpura-pura! Mesin tenun itu pun kosong.
Raja juga tidak dapat melihat kain itu, tapi ia malu mengakuinya. Yang tidak dapat melihat kain itu adalah orang bodoh dan tidak bijaksana. Tentu saja raja tidak mau dianggap demikian.
Raja mengirim seorang menterinya yang paling bijak untuk melihat pekerjaan para penenun itu. Sang menteri juga tidak melihat apa-apa di dalam mesin tenun. Tapi tidak mungkin ia mengakuinya. Bisa-bisa ia kehilangan pekerjaan dan jabatannya.
Seorang penipu meminta menteri mendekat dan meraba kain yang tidak kelihatan itu. Menteri pun pura-pura menyentuh kain itu dan berkata, “Halus sekali kain ini.”
Penipu itu bertanya, “Bagaimana warnanya, pak menteri? Apakah cocok dikenakan seorang raja yang agung?”
“Warnanya bagus sekali! Aku akan melaporkan kepada raja bahwa kain ini indah sekali.”
Para penipu itu meminta lebih banyak lagi uang, kain sutera dan kain emas untuk membuat kain.     
Raja mengirim beberapa orang untuk melihat kain itu. Mereka semua mengatakan bahwa kain itu indah sekali, warna dan polanya lain dari yang lain. Cocok sekali dikenakan seorang raja.
Akhirnya kain selesai ditenun. Para penipu itu memotong kain sesuai pola dan ukuran tubuh raja. Lalu mereka menjahitnya dengan jarum  tanpa benang. Akhirnya mereka mengumumkan bahwa baju baru raja sudah selesai.
Esok harinya, kedua penipu itu membantu raja mengenakan baju baru. “silakan kenakan celananya, yang mulia,” kata mereka. “Ini kemejanya....” “Dan ini jasnya.” “Pakaian buatan kami ringan dan nyaman, seolah tidak memakai apa-apa,” kata mereka.
Raja memamerkan baju barunya kepada para menteri dan pejabat istana. Mereka semua memuji-muji pakaian raja walaupun tidak dapat mereka lihat pakaian itu.
Raja kemudian berkeliling kota agar rakyat dapat melihat baju yang sangat istimewa itu. Semua orang melihat raja tidak memakai baju, tapi tak seorang pun mengatakan apa-apa karena takut.
Tiba-tiba seorang anak kecil berkata kepada ayahnya, “Ayah, raja hanya memakai pakaian dalam!” Orang-orang mulai berbisik-bisik saling bertanya apakah temannya melihat dapat melihat baju raja. Tak lama kemudian mereka berbicara lebih keras sehingga terdengar oleh sang raja. Raja pun tahu bahwa tak ada orang yang dapat melihat bajunya karena memang ia tidak memakai baju.

Raja sangat malu. Bukan hanya karena rakyatnya melihatnya tidak memakai baju, tapi juga karena selama ini ia hanya mengejar kesenangannya sendiri hingga melupakan rakyatnya. Sejak itu ia meninggalkan kegemarannya berpakaian mewah dan berubah menjadi raja yang baik dan bijaksana.

Cari Kata Nama Sayuran

Carilah nama-nama sayuran ini di dalam kotak.
Sayuran mana yang paling kamu sukai?


Anak-anak belajar...


Anak-anak lebih banyak belajar
dari apa adanya diri Anda
daripada yang Anda ajarkan

Ada berapa bujursangkar?

Ada berapa bujursangkar pada gambar ini? 

Jawaban Teki Teki Korek Api

Tambahkan 2 batang korek api sehingga 4 bujursangkar ini menjadi 
7 bujursangkar



Ketika kita mengajarkan anak tentang hidup....



Ketika kita mencoba 
mengajarkan anak-anak kita tentang hidup,
anak-anak kita mengajarkan kepada kita 
apa itu hidup.
- Angela Schwindt

Teka Teki Korek Api


Tambahkan 2 batang korek api 
sehingga 4 bujursangkar ini menjadi 7 bujursangkar

Kutipan



Balaslah senyum anak-anak kecil
Mengacuhkan mereka akan mengancurkan keyakinan bahwa dunia adalah tempat yang baik 

Mengapa Anjing dan Kucing Bermusuhan?


Dahulu kala di Cina, hidup seorang laki-laki tua.  Ia tidak mempunyai keluarga. Hanya seekor anjing dan seekor kucing yang menemaninya.

Rumah laki-laki tua itu ada di sebuah lembah, di dekat tebing. Tak ada orang lain yang tinggal di tempat itu.  Bahkan jarang sekali ada orang yang lewat di lembah itu.

Pada suatu hari, seorang pencuri melihat rumah di dekat tebing yang sepi. Rumah itu dikelilingi kebun. Bukan seperti kebun umumnya, kebun itu penuh batu-batu indah besar-besar dan beraneka warna. Melihat rumah dan kebun yang aneh itu, pencuri itu ingin mencari sesuatu yang bisa dicurinya.  Ia mencari celah di dinding rumah supaya bisa mengintip ke dalam.

Di dalam rumah banyak sekali barang mewah. Semuanya pasti dapat dijual dengan harga tinggi.  Seorang laki-laki tua sedang duduk di depan sebuah meja besar yang terbuat dari batu pualam. Anjingnya duduk di sebelahnya, dan seekor kucing melingkar di pangkuannya.

“Waktunya makan malam,” kata pak tua kepada anjingnya. “Kamu mau makan apa?” 

Anjing menggonggong satu kali dan tuannya mengangguk. Lalu ia mengeluarkan sebuah tongkat berwarna keperakan dan mengucapkan sesuatu. Seketika di depan si anjing muncul sebuah mangkuk besar berisi kaldu yang aromanya sedap sekali. Anjing itu makan dengan lahap.

“Nah, kamu mau makan apa?” kata pak tua kepada kucingnya. Kucing itu hanya menjilat tangan tuannya.  Pak tua mengatakan sesuatu kepada tongkatnya dan muncullah ikan besar yang segera dimakan oleh kucing.

Setelah itu pak tua minta makanan yang diinginkannya kepada tongkat perak. Meja makan itu langsung penuh dengan makanan yang lezat.

Setelah semua makan, pak tua mengeluarkan tongkatnya lagi dan meminta agar semua sisa makanan dibersihkan.  Kemudian ia mengajak anjing dan kucingnya pergi ke kamar tidur.

Esok harinya, pak tua menyadari tongkat ajaibnya lenyap. Ada pencuri masuk ke rumah dan mengambil tongkat itu.

“Bagaimana kita bisa hidup tanpa tongkat ajaib?” keluhnya kepada kedua sahabatnya.

“Aku sudah tua, aku tidak kuat lagi pergi mencari tongkat itu. Kalian berdua pergilah mencarinya.”

Anjing memandangi tuannya sesaat. Kucing itu menjilat-jilat tangan pak tua. Kemudian mereka  pergi.

Anjing dan kucing pergi berkelana selama berbulan-bulan. Anjing mencari sisa makanan di tempat sampah dan memakannya bersama kucing. Kadang-kadang kucing masuk ke dapur orang dan mencuri makanan. Kucing makan sampai kenyang dulu, setelah itu ia membawa sisa-sisa makanan untuk anjing.

Pada suatu hari mereka mendengar orang-orang ramai membicarakan sebuah istana yang muncul tiba-tiba. Padahal tak seorang pun melihat istana itu dibangun. Di dalam istana itu tinggal seorang kaya raya.

Anjing dan kucing tahu bahwa mereka sudah menemukan pencuri  tongkat ajaib pak tua. Mereka mencari istana itu. Istana berdiri megah di seberang sungai yang lebar. Beberapa penjaga tampak di sekitar istana. Ada seorang laki-laki yang memakai pakaian yang sangat mewah. Ia memegang tongkat ajaib.

“Kamu bisa berenang,” kata kucing kepada anjing. “Kamu menyeberang sungai, aku akan naik di punggungmu.”

“Apa pun akan kulakukan untuk mengambil kembali tongkat tuan kita,”  kata anjing. “Tapi jangan kamu cakar punggungku, ya.”

Mereka menyeberang sungai bersama-sama. Air sungai besar itu sangat deras sehingga anjing kelelahan ketika tiba di seberang. Kucing langsung melompat dan merebut tongkat ajaib dari pencuri. Ia langsung lari membawa tongkat dan bersembunyi. Kemudian kucing minta kepada tongkat ajaib untuk membawanya pulang ke rumah tuannya. Tak sedikitpun niatnya untuk menunggu si anjing. Kucing dalam sekejap sudah kembali ke rumah tuannya. Ia menyerahkan tongkat kepada pak tua.

Sementara itu anjing hampir tertangkap oleh penjaga. Ia berhasil melarikan diri, tapi terluka cukup parah. 
  
“Mana temanmu? Mengapa kamu pulang sendirian?”

Kucing tidak menjawab. Walaupun ia senang kucing dan tongkat ajaib sudah kembali, ia merasa kecewa pada anjing.  Pak tua mengira anjing tidak  mencari tongkat, malah pergi entah ke mana.

Beberapa bulan berlalu. Anjing tiba kembali di rumah pak tua. Kakinya pincang dan bekas-bekas luka masih kelihatan di tubuhnya. Ia mengira pak tua akan senang melihatnya, tapi pak tua malah mengusirnya.

“Teman,” kata anjing kepada kucing. “Ceritakan pengalaman kita kepada tuan.”
Kucing hanya memandang anjing dengan tatapan menghina dan pergi.

Pak tua menyeret anjing ke luar dari rumah. “Kamu tidak mau bersusah payah, hanya mau enak saja.  Kamu menunggu sampai tongkatku kembali baru kamu kembali ke sini. Pergi! Aku tidak mau melihatmu lagi!”

Anjing merasa sangat sedih dan kecewa. Ia juga marah sekali kepada kucing. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia pergi dan tidak pernah kembali lagi.
Keturunan sang anjing tidak pernah lupa pada apa yang dilakukan kucing. Mereka sangat membenci keturunan kucing. Sampai sekarang, tiap melihat kucing, anjing akan mengejarnya.



Teka Teki Hewan

Aku hidup di laut
Aku sering dianggap ikan, padahal bukan
Aku adalah hewan menyusui 
Aku suka menyemburkan air dari atas kepalaku
Tahukah kamu, siapa aku?


Quotation



Ayah...
Pahlawan pertama bagi puteranya
Cinta pertama bagi puterinya

Legenda Batu Menangis


Dahulu kala, seorang janda hidup di sebuah desa di Kaimantan Barat bersama anak gadisnya.
Sejak suaminya meninggal, sang ibu bekerja keras menjadi buruh tani. Ia membantu mengerjakan sawah orang lain karena ia tidak mempunyai sawah sendiri.

Anak gadisnya sudah beranjak dewasa dan mempunyai wajah yang cantik rupawan. Sayang, perilaku gadis itu tidak secantik parasnya. Ia tidak pernah mau membantu ibunya bekerja. Membersihkan rumah atau mencuci baju, sama sekali tak mau dikerjakannya. Apalagi membantu ibunya di sawah. Ia hanya merias wajahnya saja, kemudian pergi ke rumah teman-temannya.

Ketika ibunya menerima upah untuk jerih payahnya di sawah, sang gadis sudah menunggu di rumah. Begitu ibunya tiba di rumah, ia langsung meminta dibelikan baju atau alat kecantikan.  Kadang-kadang seluruh uang hasil kerjanya ibunya habis sehingga tidak ada uang lagi untuk membeli makanan atau keperluan lain.

Pada suatu hari, sang ibu pulang dari sawah. Ia merasa heran mengapa puterinya tidak meminta uang. Si ibu berharap anaknya sudah mulai sadar dan merasa iba pada ibunya.

Ternyata tidak demikian. “Bu, besok ibu pergi ke pasar ya bu,” kata gadis itu.

“Ibu besok bekerja di sawah, nak,” jawab ibunya. “Sudah musim tanam, ibu harus bekerja tiap hari.”
“Sehari saja ibu tidak ke sawah kan tidak apa-apa, bu,”  kata gadis itu lagi. “Ibu pergi ke pasar saja, belikan aku bedak yang baru datang di kota. Semua temanku sudah membelinya.”

“Kau ajaklah temanmu ke pasar, nak. Ibu tidak tahu bedak seperti apa yang kau inginkan.” Ibu itu tahu, bila ia salah membelikan bedak, anak gadisnya akan marah dan membuang bedak itu. Dan ia akan meminta ibunya membeli bedak yang diinginkannya.

“Aku tidak mau pergi bersama temanku,” kata gadis itu sambil cemberut. “Nanti mereka tahu bahwa uangku hanya sedikit,”

“Kalau begitu besok kau ikut ibu ke kota.”

Gadis itu tidak mau ikut ke pasar di kota tapi ibu memaksanya. Karena ingin membeli bedak itu, akhirnya ia mau juga pergi dengan ibunya.

Esok harinya, mereka berdua berangkat ke kota. Sang gadis memakai bajunya yang paling bagus, sedangkan ibunya memakai baju yang sudah tua.

Perjalanan ke kota cukup jauh. Hari makin siang dan matahari makin terik. Si gadis berpayung agar terlindung dari panas matahari. Ibunya dibiarkannya kepanasan.

Mereka berpapasan dengan seorang pemuda. “Nona,” kata pemuda itu, “mengapa kau memakai payung sendiri saja? Lihat ibumu kepanasan.”

“Oh, tidak apa-apa,” kata gadis itu sambil mempercepat langkahnya sehingga ibunya tertinggal di belakang.

Tak lama kemudian, mereka bertemu dengan orang dari desa tetangga mereka. Orang itu mengenal gadis itu tapi tidak pernah bertemu dengan ibunya. Ia menyapa, “Berjalanlah perlahan sedikit, nona. Ibumu tertinggal.”

“Kau kira ia ibuku?” gadis itu tertawa. “Bukan, ia bukan ibuku.”

“Kukira kalian pergi bersama-sama.”

“Dia memang bersama-sama, tapi dia bukan ibuku.”

“Bukan ya?” kata orang itu lagi. “Wajah kalian mirip.”

“Masa kami mirip?” kata gadis itu, ia mulai kesal. “Dia kan pembantuku.”

Gadis itu makin  mempercepat langkahnya sampai setengah berlari. Setelah orang tadi tidak terlihat lagi, ia berteriak pada ibunya. “Ayo bu, cepatlah sedikit. Aku ingin segera ke pasar lalu pulang. Ibu membuatku malu saja!”

Ibu terkejut dan sedih sekali mendengar kata-kata anaknya. Ia berhenti berjalan dan hanya berdiri diam. Dalam hati ia memohon kepada Tuhan agar menghukum anaknya yang durhaka.

Gadis itu tiba-tiba sadar bahwa ibunya tidak mengikutinya. Ia sangat marah. Ia berkata, “Sudah ibu pulang saja. Berikan uangnya, aku sendiri saja ke pasar.”

Ia ingin menghampiri ibunya dan meminta semua uangnya. Tapi ia tidak dapat mengangkat kakinya. Kedua kakinya kaku dan tidak dapat bergerak. Bahkan kakinya mulai menghitam. Ia menyentuh kakinya yang sudah berubah menjadi batu.
“Ibu!” jeritnya ketakutan. “Kenapa kakiku,bu? Kakiku jadi batu!”

Sekarang ia tahu bahwa ia mendapat hukuman karena durhaka kepada ibunya. “Ibu, tolong! Ampuni aku.”

“Aku akan menjadi anak baik, bu... Ampuni aku.”

Sang ibu sangat menyesal. Tapi tidak ada yang dapat dilakukannya. Perlahan-lahan seluruh tubuh gadis itu berubah menjadi batu. Ia menangis. Bahkan ketika tubuhnya sudah membatu seluruhnya, ia masih menitikkan air mata.

Kisah ini masyarakat setempat dianggap benar-benar terjadi. Batu yang dipercaya merupakn penjelmaan gadis cantik yang durhaka kepada ibunya itu masih ada sampai sekarang dan disebut Batu Menangis.



Diperlukan Orang Sekampung

Diperlukan orang sekampung untuk membesarkan seorang anak.
                                                                                            -Hillary Clinton

Kata-kata mantan ibu negara Amerika Serikat ini benar adanya. Bukan hanya orang tua yang memegang peranan dan pertumbuhan dan perkembangan seorang anak menjadi dewasa. Ada kakek-nenek, paman-bibi, saudara kandung, para sepupu yang ikut membesarkan dan mendidik anak Anda. Pengasuh, guru bahkan orang-orang di sekitar Anda seperti tetangga juga mempunyai peran dalam membesarkan seorang anak.

Kisah Serigala dan Bangau


Seekor serigala makan hewan tangkapannya dengan lahap. Tiba-tiba rasa sakit menusuk kerongkongannya. Sebuah tulang kecil yang tajam menancap di kerongkongannya. Serigala melakukan segala cara untuk mencabut tulang itu, tapi tidak berhasil.

Serigala mengerang kesakitan. Ia berlari ke sana ke mari, mencari seseorang yang mau membantunya mencabut tulang itu.

"Aku akan memberikan apa saja, asal kau mau menolongku. Aduhh... Sakiit..." kata serigala kepada semua hewan yang ditemuinya. Tapi tak satupun mau menolongnya. 

Seekor bangau merasa kasihan kepada serigala. Ia menyuruh serigala berbaring miring dan membuka mulut lebar-lebar. Bangau memasukkan kepalanya ke mulut serigala.  Dengan paruhnya yang panjang, bangau dapat mencabut tulang kecil itu.

"Mana hadiah yang kaujanjikan?" tanya bangau 

Serigala menyeringai, memamerkan gigi-giginya yang tajam. "Kau memasukkan kepalamu ke mulut serigala," katanya kepada bangau. "Kau seharusnya bersyukur karena dapat mengeluarkan kepalamu dengan selamat. Itu hadiahmu."

Catatan untuk orang tua:
Gunakan cerita untuk membangun karakter anak.
Anda dapat menggunakan pertanyaan seperti di bawah ini :
1. Apa yang harusnya dilakukan serigala setelah bangau menolongnya?
2. Bila kamu adalah bangau, maukah kamu menolong serigala? Mengapa?

Anak tidak mau makan? Baca tips kami:Klik di sini 

Pangeran Monyet Yang Bijaksana

Dahulu kala ada sebuah kerajaan monyet di pegunungan Himalaya. Raja monyet takut, suatu hari nanti salah satu anak laki-lakinya akan mengantikannya sebagai raja. Ia mempunyai beberapa isteri. Tiap isterinya melahirkan anak laki-laki, raja monyet menggigit sang bayi sehingga menjadi cacat dan lemah. Dengan demikian anak monyet itu tidak dapat merebut kerajaan darinya.

Salah satu isteri raja mengandung. Ia ingin melindungi anaknya dari perbuatan jahat sang raja. Ia melarikan diri ke hutan yang jauh dari kerajaan itu. Tak lama kemudian, ia melahirkan anak laki-laki. Anak laki-laki itu tumbuh menjadi monyet muda yang rupawan dan kuat. 

Pada suatu hari, monyet muda bertanya kepada ibunya, "Ibu, di mana ayahku?"
"Ayahmu adalah raja di kerajaan monyet di Himalaya. Tempat itu sangat jauh dari sini."
"Jadi aku anak raja, bu?"
"Benar nak, kau pangeran monyet."
"Mengapa tinggal di sini, bu?"

Sang ibu dengan sedih menceritakan raja monyet yang selalu mencelakakan anak-anak laki-lakinya sendiri agar tidak bisa merebut kerajaan.

Monyet muda itu ingin menemui ayahnya. Ketika ibunya tidak mau membawanya ke istana, monyet muda itu mengatakan bahwa ibunya tidak perlu takut.

Akhirnya mereka pergi menemui sang raja. Raja langsung mengenali anaknya dan ingin membunuhnya. Ia berpura-pura memeluk pangeran monyet, padahal ia sengaja memeluk monyet muda itu kuat-kuat agar tidak bisa bernapas dan mati. Tapi usahanya tidak berhasil. Pangeran monyet dapat menghindar dari bahaya.

Raja berpikir keras agar ia dapat menyingkirkan anaknya. Ia teringat sebuah kolam di dekat kerajaannya. Kolam itu dihuni setan air yang akan membunuh semua orang yang masuk ke kolamnya. 

Raja memanggil pangeran. "Anakku, sudah waktunya aku menyerahkan kerajaan ini kepada orang yang lebih muda. Aku memutuskan untuk menyerahkannya kepadamu. Sekarang pergilah ke kolam di sebelah timur kerajaan ini, kumpulkan bunga teratai di sana untuk penobatanmu besok."

Pangeran pun berangkat ke kolam yang ditunjukkan ayahnya. Kolam itu dipenuni bunga teratai indah beraneka warna. Tapi kolam itu terlihat sepi, tidak ada satu pun orang atau hewan di dekatnya. Ia memperhatikan di sekitar kolam, ada banyak jejak kaki hewan dan orang. Semua jejak mengarah ke kolam, tapi tidak ada jejak yang meninggalkan kolam itu. Tahulah dia bahwa ada sesuatu yang berbahaya di dalam kolam itu dan ayahnya ingin mencelakakannya.

Pangeran melihat ada bagian kolam yang tidak terlalu lebar. Ia melompat menyeberangi kolam sambil memetik bunga teratai. Ia kemudian melompat kembali sambil memerik bunga lagi. Setelah melompat bolak balik berkali-kali ia mengumpulkan banyak bunga teratai tanpa harus masuk ke kolam.


Setan air diam-diam memperhatikan dari dasar kolam. Kemudian ia muncul ke permukaan dan menyambut pangeran monyet. "Tuanku raja monyet, Belum pernah aku melihat manusia atau hewan seperti dirimu.
Kau memiliki kekuatan yang membuatmu tak terkalahkan. Kau tangkas, berani dan bijaksana."

"Tuanku, mengapa kau mengumpulkan bunga-bunga itu?"

"Ayahku akan menobatkanku sebagai raja di kerajaannya. Ia memintaku mengumpulkan bunga untuk upacara penobatan."

"Kau terlalu mulia untuk membawa bunga-bunga ini. Ijinkan aku membawakannya."

Raja monyet melihat pangeran kembali, setan air mengikutinya membawa bunga teratai. "Aku menyuruhnya pergi mengumpulkan bunga agar setan air membunuhnya. Ternyata ia dapat mengalahkan setan air."

Raja monyet ketakutan. Tiba-tiba ia tidak dapat bernapas. Ia terjatuh dan mati.

Rakyat monyet tidak suka kepada raja mereka yang jahat dan kejam. Mereka justru senang rajanya meninggal. Pangeran monyet dinobatkan sebagai raja. Ia memerintah dengan bijaksana


Orang Tua pun Perlu Bermain


Orang tua pun perlu bermain... bersama anak-anak.
Bermain kubangan air...  Bermain pura-pura... Piknik di ruang keluarga... Tidak apa-apa rumah berantakan... Tertawa ketika anak bercerita lucu... Berkemah di halaman belakang... Pesta dansa... Bersenang-senang... Bermain lumpur... Memanjat pohon... Saling gelitik... Menciptakan karya seni bersama... Bertingkah bodoh... Bermain hujan... Ciuman gaya Eskimo... Sering-sering katakan "Ya!"... Bacakan cerita tambahan... Ekplorasi... 

Nikmati saat ini, buatlah menjadi berkesan... Buat setiap saat bermakna
ANDA TAK AKAN DAPAT KEMBALI KE MASA KECIL ANAK-ANDA
TAPI ANDA AKAN KEHILANGAN MASA ITU KETIKA MEREKA TUMBUH DEWASA

Akhir Minggu Yang Menyenangkan


Anda  berdua bekerja hingga sore hari. Kadang-kadang Anda harus pulang lebih malam karena benyak pekerjaan di kantor.

Karena dapat dikatakan bahwa waktu Anda bersama anak-anak hanya akhir minggu, Anda ingin memanfaatkan waktu yang sempit itu semaksimal mungkin. Misalnya hari Sabtu Anda ingin membeli baju dan sepatu untuk si kecil, sekaligus mengajak mereka berenang.  Hari Minggunya, Anda ingin mengajak anak-anak ke salon karena sudah waktunya rambut mereka dipotong. Masih ada waktu untuk mengajak anak-anak berkunjung ke rumah adik Anda, kemudian ke supermarket untuk berbelanja.

Orang tua bekerja sering merasa bersalah karena tidak mempunyai  banyak waktu bersama anak-anak. Tapi memaksakan diri melakukan banyak acara bersama anak-anak pada akhir minggu bukan jawaban yang tepat. Anak-anak menjadi kelelahan dan akibatnya rewel atau bahkan sakit. Akhir minggu Anda pun tidak berjalan dengan menyenangkan. Anda pun perlu menjaga agar Anda sendiri tidak kelelahan karena harus kembali bekerja pada hari Senin.

Buatlah jadwal yang longgar, sehingga anak-anak tidak kelelahan dan tujuan Anda berakhir minggu bersama anak-anak pun tercapai. Ajak anak hanya bila Anda harus melakukannya, misalnya membeli baju atau sepatu. Pilih waktu berbelanja yang santai. Mengajak anak membeli baju pada saat toko ramai pengunjung karena ada obral sebaiknya dihindari.

Meluangkan waktu bersama anak-anak tidak berarti harus bepergian sekeluarga. Anda dapat berbagi tugas dengan pasangan. Misalnya Bunda pergi berbelanja, anak-anak bersama Ayah di rumah.  Bunda bersama anak perempuan pergi ke salon, Ayah bermain sepak bola bersama sang jagoan. Anak-anak juga perlu melakukan kegiatan dengan salah satu orang tuanya saja.

Anda juga dapat meluangkan waktu bersama anak-anak di rumah saja. Ajak anak-anak berolah raga di sekitar rumah. Carilah kegiatan yang disukai anak-anak seperti bermain kartu, membaca bersama, atau menonton film keluarga. Bahkan mengajak anak-anak membantu membersihkan rumah atau menyiapkan makan malam pun dapat menjadi kegiatan keluarga yang menyenangkan.

Anda dapat membuat tiap akhir mingu Anda menyenangkan dan berkesan!  

Baca juga tips bagi orang tua sibuk untuk meluangkan waktu bersama anak Klik di sini


Ada Berapa Bujursangkar?

Hitung semua bujursangkar dalam gambar ini
Jangan ada yang ketinggalan, ya


Siapakah Aku?

Aku hewan yang tinggal di hutan 
Tubuhku mirip kucing
Tapi aku jauh lebih besar
Buluku kuning 
Aku punya loreng-loreng hitam
Tahukah kamu
Siapakah aku?

If You're Happy | Super Simple Songs



Lagu ini sangat sederhana. Anda juga dapat menggunakan versi bahasa Indonesianya
Lagu ini mengenalkan anak pada anggota tubuhnya dan apa yang dapat dilakukan anggota tubuh itu

Serigala dan Ekornya


Seekor serigala berlari sekencang-kencangnya. Di belakangnya, seekor singa kelaparan mengejarnya.
Serigala melihat sebuah gua kecil di kaki bukit. Ia segera menyelinap masuk. Gua itu hanya cukup untuk tubuh serigala. Bahkan ia harus melipat tubuhnya agar bisa masuk.

“Untung tadi aku mendengar singa itu datang,” kata serigala pada dirinya sendiri. “Berkat telingaku yang tajam.”

Kaki depannya menjawab, “Kalau kami tidak membawamu lari, kau sudah tertangkap singa itu.”

“Benar,” jawab serigala. “Kaki-kakiku memang kuat dan cepat.”

“Tapi kami yang menunjukkan gua ini kapadamu,” kata mata kirinya.

“Ya, untung aku punya sepasang mata yang tajam.”

Serigala merasa tubuhnya pegal karena harus meringkuk dalam gua kecil itu. Ia berusaha mengubah letak tubuhnya, tapi ekornya menghalanginya.

Serigala merasa kesal. “Ekor, kamu hanya menyusahkanku saja. Coba aku tidak punya ekor sebesar kamu, pasti aku bisa lari lebih cepat.”

Ekor hanya diam saja.

“Apa jasamu? Hanya membuat gua ini tambah sempit.”

Serigala mendorong ekornya keluar dari gua. “Sana, pergi saja kamu!:

Serigala merasa lebih enak karena ekornya sudah ada di luar gua. Ia bisa meluruskan tubuh dan kakinya.
Tapi... singa masih menunggu di dekat gua. Ia melihat ekor serigala menyembul di mulut gua. Singa langsung menerkam, dan serigala pun tidak bisa lari lagi.


Tubuh kita adalah satu. Walaupun ada yang tidak kamu sukai pada tubuhmu, bagian itu tetap tubuh kita juga. Mencelakakan bagian tubuh kita sama saja mencelakakan tubuh kita sendiri.

Baca artikel kami: Manfaat jigsaw puzzlle untuk anak-anak