Ada berapa bujursangkar?

Ada berapa bujursangkar pada gambar ini? 

Jawaban Teki Teki Korek Api

Tambahkan 2 batang korek api sehingga 4 bujursangkar ini menjadi 
7 bujursangkar



Ketika kita mengajarkan anak tentang hidup....



Ketika kita mencoba 
mengajarkan anak-anak kita tentang hidup,
anak-anak kita mengajarkan kepada kita 
apa itu hidup.
- Angela Schwindt

Teka Teki Korek Api


Tambahkan 2 batang korek api 
sehingga 4 bujursangkar ini menjadi 7 bujursangkar

Kutipan



Balaslah senyum anak-anak kecil
Mengacuhkan mereka akan mengancurkan keyakinan bahwa dunia adalah tempat yang baik 

Mengapa Anjing dan Kucing Bermusuhan?


Dahulu kala di Cina, hidup seorang laki-laki tua.  Ia tidak mempunyai keluarga. Hanya seekor anjing dan seekor kucing yang menemaninya.

Rumah laki-laki tua itu ada di sebuah lembah, di dekat tebing. Tak ada orang lain yang tinggal di tempat itu.  Bahkan jarang sekali ada orang yang lewat di lembah itu.

Pada suatu hari, seorang pencuri melihat rumah di dekat tebing yang sepi. Rumah itu dikelilingi kebun. Bukan seperti kebun umumnya, kebun itu penuh batu-batu indah besar-besar dan beraneka warna. Melihat rumah dan kebun yang aneh itu, pencuri itu ingin mencari sesuatu yang bisa dicurinya.  Ia mencari celah di dinding rumah supaya bisa mengintip ke dalam.

Di dalam rumah banyak sekali barang mewah. Semuanya pasti dapat dijual dengan harga tinggi.  Seorang laki-laki tua sedang duduk di depan sebuah meja besar yang terbuat dari batu pualam. Anjingnya duduk di sebelahnya, dan seekor kucing melingkar di pangkuannya.

“Waktunya makan malam,” kata pak tua kepada anjingnya. “Kamu mau makan apa?” 

Anjing menggonggong satu kali dan tuannya mengangguk. Lalu ia mengeluarkan sebuah tongkat berwarna keperakan dan mengucapkan sesuatu. Seketika di depan si anjing muncul sebuah mangkuk besar berisi kaldu yang aromanya sedap sekali. Anjing itu makan dengan lahap.

“Nah, kamu mau makan apa?” kata pak tua kepada kucingnya. Kucing itu hanya menjilat tangan tuannya.  Pak tua mengatakan sesuatu kepada tongkatnya dan muncullah ikan besar yang segera dimakan oleh kucing.

Setelah itu pak tua minta makanan yang diinginkannya kepada tongkat perak. Meja makan itu langsung penuh dengan makanan yang lezat.

Setelah semua makan, pak tua mengeluarkan tongkatnya lagi dan meminta agar semua sisa makanan dibersihkan.  Kemudian ia mengajak anjing dan kucingnya pergi ke kamar tidur.

Esok harinya, pak tua menyadari tongkat ajaibnya lenyap. Ada pencuri masuk ke rumah dan mengambil tongkat itu.

“Bagaimana kita bisa hidup tanpa tongkat ajaib?” keluhnya kepada kedua sahabatnya.

“Aku sudah tua, aku tidak kuat lagi pergi mencari tongkat itu. Kalian berdua pergilah mencarinya.”

Anjing memandangi tuannya sesaat. Kucing itu menjilat-jilat tangan pak tua. Kemudian mereka  pergi.

Anjing dan kucing pergi berkelana selama berbulan-bulan. Anjing mencari sisa makanan di tempat sampah dan memakannya bersama kucing. Kadang-kadang kucing masuk ke dapur orang dan mencuri makanan. Kucing makan sampai kenyang dulu, setelah itu ia membawa sisa-sisa makanan untuk anjing.

Pada suatu hari mereka mendengar orang-orang ramai membicarakan sebuah istana yang muncul tiba-tiba. Padahal tak seorang pun melihat istana itu dibangun. Di dalam istana itu tinggal seorang kaya raya.

Anjing dan kucing tahu bahwa mereka sudah menemukan pencuri  tongkat ajaib pak tua. Mereka mencari istana itu. Istana berdiri megah di seberang sungai yang lebar. Beberapa penjaga tampak di sekitar istana. Ada seorang laki-laki yang memakai pakaian yang sangat mewah. Ia memegang tongkat ajaib.

“Kamu bisa berenang,” kata kucing kepada anjing. “Kamu menyeberang sungai, aku akan naik di punggungmu.”

“Apa pun akan kulakukan untuk mengambil kembali tongkat tuan kita,”  kata anjing. “Tapi jangan kamu cakar punggungku, ya.”

Mereka menyeberang sungai bersama-sama. Air sungai besar itu sangat deras sehingga anjing kelelahan ketika tiba di seberang. Kucing langsung melompat dan merebut tongkat ajaib dari pencuri. Ia langsung lari membawa tongkat dan bersembunyi. Kemudian kucing minta kepada tongkat ajaib untuk membawanya pulang ke rumah tuannya. Tak sedikitpun niatnya untuk menunggu si anjing. Kucing dalam sekejap sudah kembali ke rumah tuannya. Ia menyerahkan tongkat kepada pak tua.

Sementara itu anjing hampir tertangkap oleh penjaga. Ia berhasil melarikan diri, tapi terluka cukup parah. 
  
“Mana temanmu? Mengapa kamu pulang sendirian?”

Kucing tidak menjawab. Walaupun ia senang kucing dan tongkat ajaib sudah kembali, ia merasa kecewa pada anjing.  Pak tua mengira anjing tidak  mencari tongkat, malah pergi entah ke mana.

Beberapa bulan berlalu. Anjing tiba kembali di rumah pak tua. Kakinya pincang dan bekas-bekas luka masih kelihatan di tubuhnya. Ia mengira pak tua akan senang melihatnya, tapi pak tua malah mengusirnya.

“Teman,” kata anjing kepada kucing. “Ceritakan pengalaman kita kepada tuan.”
Kucing hanya memandang anjing dengan tatapan menghina dan pergi.

Pak tua menyeret anjing ke luar dari rumah. “Kamu tidak mau bersusah payah, hanya mau enak saja.  Kamu menunggu sampai tongkatku kembali baru kamu kembali ke sini. Pergi! Aku tidak mau melihatmu lagi!”

Anjing merasa sangat sedih dan kecewa. Ia juga marah sekali kepada kucing. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia pergi dan tidak pernah kembali lagi.
Keturunan sang anjing tidak pernah lupa pada apa yang dilakukan kucing. Mereka sangat membenci keturunan kucing. Sampai sekarang, tiap melihat kucing, anjing akan mengejarnya.