Dahulu kala, di Vietnam hiduplah seorang pemburu muda bernama Dã Trà ng. Tiap hari ia pergi ke hutan membawa busur
dan anak panah untuk berburu. Ia selalu melewati sarang sepasang ular belang. Mulanya
Dã Trà ng takut kepada ular itu, tapi karena mereka tidak pernah mengganggunya,
lama-lama ia terbiasa dengan ular-ular itu. Ia bahkan suka mengamati gerakan
ular dan sisik-sisik mereka yang indah.
Pada suatu hari, Dã
Trà ng melihat kedua ular belang itu berkelahi dengan seekor ular berbisa yang besar. Dã
Trà ng segera mengambil busur. Anak panahnya mengenai leher ular berbisa yang kemudian
melarikan diri. Seekor ular belang mengejarnya, sementara pasangannya sudah
mati. Dã Trà ng menguburkan ular yang mati itu.
Malam harinya, Dã Trà ng
bermimpi ular belang datang kepadanya. Ular itu berterima kasih karena Dã Trà ng
telah menolongnya dan menguburkan pasangannya. Sebagai tanda terima kasih ia
memberikan sebutir mutiara. “Letakkan mutiara ini di bawah lidahmu. Kau akan
memahami bahasa binatang,” kata ular.
Esok harinya ketika Dã
Trà ng bangun, ia menemukan mutiara yang indah di dekat bantalnya. Ketika pergi
berburu, Dã Trà ng memanah seekor rusa. Panahnya meleset. Seekor burung gagak
berkaok-kaok ribut di dahan pohon. Dã Trà ng meletakkan mutiara di bawah
lidahnya. Seketika ia mendengar gagak itu berbicara kepadanya.
“Ke sana! Rusa itu lari
ke timur!” kata gagak. “Ayo kejar!”
Dã Trà ng mengejar rusa bersama gagak. Ia
berhasil menangkap rusa itu. Dã Trà ng membersihkan daging rusa
dan memberikan sebagian kepada gagak. Sejak itu gagak selalu menemani Dã Trà ng
berburu.Tiap hari Dã Trà ng selalu mendapat hewan buruan berkat bantuan gagak. Dã
Trà ng tidak pernah lupa meninggalkan sebagian hasil buruannya untuk gagak.
Pada suatu hari, Dã Trà ng menangkap
seekor kijang. Ketika ia selesai membersihkan kijang, ia tidak melihat gagak. Dã
Trà ng tidak menunggu gagak kembali. Ia meninggalkan daging untuk gagak di bawah
pohon dan langsung pulang.
Tak lama kemudian gagak datang ke rumah Dã
Trà ng dan meminta bagiannya. Rupanya daging yang disisihkan Dã Trà ng diambil
oleh hewan lain. Gagak marah karena mengira Dã Trà ng tidak memberinya daging
kijang. Dã Trà ng juga marah karena tuduhan gagak. Ia memanah gagak, tapi tidak
kena. Gagak terbang berputar-putar sambil berteriak-teriak. Lalu ia mengambil
anak panah Dã Trà ng dan terbang pergi.
Beberapa hari kemudian Dã Trà ng
ditangkap. Anak panah dengan tulisan namanya ditemukan pada mayat yang
tenggelam di sungai. Walaupun Dã Trà ng mengatakan ia tidak membunuh orang itu,
tapi karena bukti anak panah itu, ia dinyatakan bersalah dan dipenjarakan.
Pada suatu hari, Dã Trà ng melihat semut banyak sekali berbaris di
dinding penjara. Semut-semut itu berjalan cepat-cepat membawa makanan dan telur
mereka. Dã Trà ng bertanya kepada semut mengapa tergesa-gesa. “Kami mengungsi,”
kata semut. “Ada banjir besar tak lama lagi.” Dã Trà ng memberitahukan berita
itu kepada penjaga. Penjaga itu memberi tahu kepala penjara yang segera melapor
kepada raja.
Raja merasa berita itu aneh, tapi ia
segera memerintahkan untuk menyiapkan
semua kebutuhan yang diperlukan bila banjir benar-benar datang. Ia juga meminta
rakyatnya bersiap-siap, bahkan mengungsi. Tiga hari kemudian, terjadi banjir
besar. Karena peringatan Dã Trà ng, seluruh negeri selamat. Raja memanggil Dã
Trà ng. Ia dibebaskan dari penjara dan diangkat menjadi penasehat raja.
Pada suatu hari Dã Trà ng mendengar burung-burung mengatakan
bahwa tentara negara tetangga akan untuk menyerang mereka. Dã Trà ng segera
melapor kepada raja. Raja segera mempersiapkan pasukan untuk menahan serangan.Tentara
negara tetangga berhasil dihalau. Sekali
lagi Dã Trà ng berjasa menyelamatkan negara.
Pada suatu hari raja mengajak Dã Trà ng pergi berlayar. Dã Trà ng mendengar suara
aneh. Seekor cumi-cumi berenang di samping perahu sambil menyanyi penuh
semangat. Dã Trà ng mendengarkan lagu cumi-cumi yang lucu. Ia pun tertawa
terbahak-bahak hingga mutiara di mulutnya melompat ke luar dan tenggelam di
laut.
Dã Trà ng segera memberitahu sang raja
bahwa mutiaranya yang sangat berharga jatuh di laut. Raja segera memerintahkan
semua orang mencari mutiara itu. Semua tentara dan pelayan yang ada di perahu
mencari mutiara itu, namun tidak menemukannya.
Dã Trà ng mengaduk-aduk pasir di pantai, berharap menemukan mutiaranya kembali. Bertahun-tahun
ia mencari tapi tetap tidak menemukan mutiara yang hilang. Akhirnya ia
meninggal karena sedih.
Bila kamu pergi ke pantai berpasir, kamu akan melihat kepiting-kepiting kecil di
pantai. Hewan-hewan kecil itu menggali
lubang di pasir, berkeliaran dari lubang ke lubang seperti mencari-cari sesuatu
yang tidak pernah ditemukan. Orang-orang Vietnam percaya bahwa kepiting-kepiting itu
adalah penjelmaan Dã Trà ng yang masih penasaran karena belum menemukan
mutiaranya.