Seekor bangau hidup di dekat sebuah danau. Ia sudah mulai tua sehingga tidak kuat lagi mencari ikan. Ia memutuskan untuk menggunakan akalnya untuk mendapatkan makanan.
Ia pun berjalan-jalan di tepi danau dan sengaja menghela napas keras-keras. Seekor kepiting sedang melintas. Melihat bangau yang tampak sedih itu, ia menyapa, “Hai bangau, mengapa kau begitu sedih?”
“Tak lama lagi aku akan mati kepalaran,” kata bangau.
“Kemarin aku kebetulan mendengar dua nelayan menjala di danau ini. Salah satu mengatakan bahwa di danau ini banyak ikan dan mengajak temannya menjala di sini. Tetapi temannya berkata danau di sebelah sana lebih banyak ikannya. Jadi mereka akan pergi ke danau itu baru kemudian kembali kemari bila ikan di danau sana sudah habis.”
“Kau tahu, aku akan mati bila tak ada ikan lagi di sini,” lanjut bangau dengan suara sedih.
Kepiting mendengarkan dengan seksama. Kemudian ia menyelam dan memberitahukan berita buruk itu kepada semua ikan.
Dalam sekejab semua ikan berkumpul di dekat bangau. Seekor ikan berkata, “Bangau, kepiting sudah memberitahu kami. Sama seperti dirimu, kami juga dalam bahaya besar. Kau memang musuh kami, tetapi kami percaya kau dapat menolong kami.”
Bangau berpura-pura berpikir, lalu berkata, ”Aku sudah tua, apa yang bisa kulakukan untuk kalian. Aku tidak dapat menghalangi kedua nelayan itu.”
Ikan-ikan bercakap-cakap dengan suara berisik. Mereka juga terus membujuk bangau agar mau menolong mereka.
“Bangau,” kata seekor ikan. “Kau memang tidak dapat melawan nelayan, tetapi kau kan bisa memindahkan kami.”
Bangau masih memasang paras muka sedih. Ia pura-pura berpikir. Lalu ia berkata, “Aku pernah melihat sebuah danau di atas bukit. Airnya sangat jernih. Tampaknya banyak makanan untu kalian di sana. Nelayan tak mungkin dapat menemukan danau itu karena letaknya tersembunyi.”
Ikan-ikan sangat gembira. Tetapi mereka bingung melihat bangau sedih lagi.
“Kau seharusnya senang karena dapat menyelamatkan kami. Dengan begitu kau juga tidak akan kehabisan makanan.”
“Kalian kan tahu aku sudah tua. Bagaimana aku dapat membawa kalian semua?”
Ikan-ikan berunding. Akhirnya mereka mengambil keputusan.
“Kau dapat memindahkan kami sedikit-sedikit setiap hari,” kata seekor ikan tua. “Nelayan itu baru akan kembali beberapa minggu lagi. Kau dapat menyelamatkan kami.”
Bangau terlihat gembira seolah karena berhasil menemukan cara menolong ikan-ikan di danau.
“Baiklah, kita berangkat sekarang juga. Siapa siap pergi?”
Ikan-ikan berunding lagi. Akhirnya mereka sepakat bangau akan membawa tiga atau empat ikan setiap hari.
Bangau membuka paruhnya di atas permukaan air dan tiga ikan besar melompat masuk ke dalamnya. Bangau segera terbang membawa mereka. Setelah agak jauh, bangau turun ke darat dan memakan ikan-ikan itu.
Demikianlah, setiap hari bangau mendapatkan banyak makanan tanpa harus susah payah mencari ikan.
Beberapa hari berlalu, tibalah giliran kepiting untuk dipindahkan. Bangau yang menganggap kepiting sebagai musuhnya sangat gembira karena akhirnya kepiting masuk dalam perangkapnya.
“Aku tak dapat membawamu dalam paruhku. Jepitlah leherku dengan capitmu.”
Kepiting menjepit leher bangau. Berangkatlah mereka.
Ketika mereka mendekati tempat bangau biasanya makan, mata kepiting silau. Ada sesuatu di tanah yang memantulkan cahaya matahari. Kepiting penasaran, apa yang begitu menyilaukan? Setelah lebih dekat ia melihat bahwa benda putih yang memantulkan cahaya itu adalah setumpuk tulang ikan.
Sadarlah kepiting bahwa bangau telah memperdaya mereka.
Kepiting langsung memperketat jepitan capitnya di leher bangau. Bangau tidak dapat bernapas. Ia pun jatuh ke tanah dan mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar