Dahulu kala,
hidup seorang bijak yang tidak pernah berbohong. Namanya Mamad. Semua orang di
seluruh negeri tahu tentang dia.
Raja ingin
menguji Mamad dan mengundangnya ke istana. Raja bertanya, “Mamad, apakah benar,
kamu tidak pernah berbohong?”
“Benar, Yang
Mulia.”
“Dan kau tidak
akan pernah berbohong seumur hidup?”
“Ya, Yang Mulia.”
“Baiklah,
katakan yang sebenarnya, tapi hati-hati, dusta mudah membelokkan lidahmu.”
Beberapa hari
kemudian, raja memanggil Mamad lagi. Raja bersama banyak orang dan sedang
bersiap untuk pergi berburu. Raja memegang surai kuda, kaki kirinya sudah ada
di sanggurdi.
“Pergilah ke
istana musim panasku,” perintah raja kepada Mamad.
“Katakan kepada
ratu, aku akan datang untuk makan siang. Mintalah ratu menyiapkan pesta besar.
Kau kuundang makan siang bersamaku.”
Mamad memberi
hormat dan pergi ke istana musim panas. Setelah ia pergi, raja tertawa dan
berkata, “Kita batal pergi berburu sekarang dan Mamad berbohong kepada ratu.
Besok kita dapat menertawakan dia.”
Tapi apa yang
dikatakan Mamad kepada ratu?
“Yang Mulia
ratu, mungkin anda harus menyiapkan pesta besar untuk makan siang besok, tapi
mungkin juga tidak.”
“Mungkin sang
raja akan datang pada siang hari, tapi mungkin juga tidak.”
“Jadi raja akan
datang, atau tidak?” tanya ratu.
“Saya tidak
tahu, apakah setelah saya pergi raja menaikkan kaki kanannya ke sanggurdi kuda,
atau raja menurunkan kaki kirinya ke tanah.”
Semua orang
menunggu. Raja datang pada esok harinya dan berkata kepada ratu, “Mamad yang
bijaksana, yang tidak pernah berbohong seumur hidupnya, berbohong kepadamu
kemarin.”
Ratu
menceritakan kata-kata Mamad kepadanya. Raja pun menyadari, bahwa orang bijaksana
itu benar-benar tidak pernah berbohong, dan ia telah melihat buktinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar