Dahulu kala,
orang-orang belum mengenal padi. Mereka makan buah-buahan, umbi-umbian, tapi
tidak mengenal nasi.
Pada suatu
hari, putera raja langit berjalan-jalan di bumi. Ia melihat anak-anak bumi
bermain dengan mainan kayu. Kayu dibuat bulat dengan ujung runcing di bawah.
Kayu itu dililit dengan benang dan dilemparkan ke tanah sambil tetap memegang
ujung benang. Hasilnya mainan itu berputar-putar. Mainan itu diberi warna cerah sehingga
ketika berputar, makin menariklah tampaknya.
“Namanya
gasing,” jawab anak bumi.
“Ayo mainkan
lagi,” kata anak langit.
Tak
bosan-bosannya anak langit melihat gasing dimainkan. Ketika pulang, ia
menceritakan permainan yang disukainya itu kepada anak-anak lain di langit.
Mereka pun ingin melihat gasing.
Pada suatu hari anak
langit mengajak anak bumi ke rumahnya. Ia mengajak anak bumi makan. Anak bumi
sangat menyukai makanan yang tidak ada di bumi. Bentuknya kecil-kecil panjang
dan berwarna putih. Kamu tahu makanan apa itu?
Melihat anak bumi
menyukai makanan langit itu, anak langit berjanji membawakannya ke bumi, asal
tiap kali ia berkunjung, anak bumi mau memainkan gasing untuknya.
Ketika anak langit
pergi ke bumi, ia mengambil sebutir beras dan menyimpannya di sakunya. Setiba di
bumi, anak langit menyuruh anak bumi menanam butir beras itu. Beras itu tumbuh
menjadi tanaman padi. Padi ditumbuk untuk melepaskan kulitnya dan kemudian
dimasak menjadi nasi.
Makin lama makin
banyak orang menanam padi karena orang suka makan nasi. Bahkan lambat laun nasi
menjadi makanan pokok.
Sampai sekarang masyarakat
Dayak di Kalimantan masih memainkan gasing untuk mengenang asal usul padi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar