Kerudung Merah



Dahulu kala hidup seorang gadis kecil yang sangat cantik. Ia tinggal di desa bersama ibu dan ayahnya. Orang tuanya sangat menyayanginya, begitu pula neneknya. Orang-orang desa juga sangat menyukai gadis kecil itu.

Pada suatu hari, nenek gadis itu membuatkan sebuah mantel dengan kerudung berwarna merah. Mantel itu sangat cocok untuknya. Ia menyukainya dan memakainya tiap kali ke luar rumah. Sejak itu semua orang memanggilnya Kerudung Merah.

Pada suatu hari ibu Kerudung Merah membuat beberapa potong roti dan menyuruh Kerudung Merah mengantarkannya ke rumah nenek di tepi hutan.

Kerudung Merah memakai mantel kesayangannya dan segera pergi ke rumah nenek. Di perjalanan ia bertemu dengan serigala.

“Hai, Kerudung Merah,” sapa serigala . “Mau pergi ke mana, anak manis?”

“Selamat siang, “ balas Kerudung Merah.  Bertemu dengan serigala yang ramah itu, Kerudung Merah lupa pada pesan orang tuanya, jangan berbicara dengan orang yang tidak dikenal. “Aku mau ke rumah nenek.”

“Oh ya, aku kenal nenekmu,” kata serigala. “Bukankah nenekmu sudah tua dan memakai kacamata?”

“Benar!” kata Kerudung Merah.

“Ehm, rumah nenek di tepi sungai, bukan?”

“Oh, bukan. Rumah nenek ada di tepi hutan, di dekat dua pohon cemara.”

“Oh, iya, benar. Aku ingat sekarang."

“Kerudung Merah, kau tahu di sebelah sana banyak bunga liar sedang mekar. Kalau kau memetik beberapa bunga untuk nenekmu, pasti ia senang sekali. Beloklah ke kiri dan berjalanlah sedikit, kau akan menemukan bunga-bunga itu."

Serigala lalu berpamitan, “Aku juga mau pergi mengunjungi seorang teman. Sampai jumpa lagi, Kerudung Merah. Sampaikan salamku untuk nenekmu.”

Kerudung Merah senang sekali karena serigala mengingatkannya untuk membawa bunga untuk nenek. Ia memetik beberapa bunga yang wangi.
Kerudung Merah akhirnya sampai di rumah nenek. “Nek! Aku datang,” panggilnya. “Tolong buka pintu.”

“Masuklah, nak,” terdengar jawaban dari dalam rumah. “Pintunya tidak dikunci.”

Kerudung Merah membuka pintu dan masuk ke dalam rumah. Gelap sekali di dalam rumah, semua tirai tertutup rapat.

 “Kemarilah, nak. Nenek berbaring di tempat tidur.”

Kerudung Merah menghampiri tempat tidur.“Nek, mengapa suara nenek jelek sekali?”

“Nenek sakit tenggorokan, karena itu suara nenek serak.”

Kerudung Merah memperhatikan neneknya di dalam kamar yang gelap. Neneknya memakai selimut yang menutup tubuhnya sampai keleher. Ia memakai topi tidur, tapi aneh, telinganya besar sekali sehingga  mencuat di luar topi.

“Nek, mengapa telinga nenek besar sekali?”

“Supaya dapat melihatmu dengan jelas, nak.”

Kerudung Merah melihat neneknya tampak aneh sekali,  tidak seperti biasanya. “Nek, mengapa mata nenek besar sekali?”
“Supaya dapat melihat cucuku yang manis.”

Kerudung Merah memijit-mijit tangan nenek. “Nek! Tangan nenek besar sekali!”
“Supaya mudah menangkapmu, nak.”

“Mulut nenek juga besar sekali!”

“Supaya mudah menelanmu!”

Tiba-tiba nenek melompat dari tempat tidur, mau menangkap Kerudung Merah. Ternyata itu bukan nenek, tapi serigala yang  menyamar. Serigala gagal menangkap Kerudung Merah. Gadis kecil itu lari sambil menjerit-jerit ketakutan.  

Untunglah pada saat itu lewat seorang pemburu. Ia segera masuk ke rumah nenek dan memukuli serigala dengan tongkat yang dibawanya. Serigala lari ke luar dari rumah dan tidak pernah kembali lagi. Kerudung Merah selamat. 

Tiba-tiba ada suara gedoran dari dalam lemari. Rupanya tadi serigala mengurung nenek di dalam lemari.

“Nek, aku takut sekali,” kata Kerudung Merah. “Untung nenek tidak apa-apa.”

“Lain kali aku tidak akan berbicara dengan orang asing lagi.”
“Dan aku akan pergi langsung ke tujuanku, bukannya pergi dulu ke tempat lain.”

Nenek memeluk Kerudung Merah, lega karena mereka sudah terlepas dari bahaya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar