Mengajarkan Hubungan Sebab Akibat Kepada Anak-anak


Salah satu pelajaran pertama yang perlu kita ajarkan kepada anak-anak kita adalah hubungan sebab dan akibat. Kita perlu mengajarkan bahwa tiap tindakan kita akan mengakibatkan reaksi sehingga kita harus paham bahwa apa yang kita lakukan itu penting.
Pada akhir tahun ketiga, anak sudah memiliki kesadaran tentang dirinya dan mulai menerima aturan perilaku yang Anda ajarkan. Mereka sudah mampu merasakan emosi seperti merasa bersalah, malu dan bangga. Ini adalah saat yang tepat untuk memberikan pelajaran sebab akibat yang berbunyi setiap aksi memiliki reaksi. Misalnya, bila kamu melangkah ke sana, kamu akan jatuh, atau kalau kamu memukul adikmu, kamu akan menerima konsekuensinya.
Sayangnya, banyak remaja dan orang dewasa muda yang tidak pernah mendapat pelajaran penting ini, dan mungkin ini merupakan salah satu faktor kunci kekacauan dalam kehidupan mereka atau di sekitar mereka,  yang disebabkan kurangnya kesadaran dan tanggung jawab atas tindakan mereka
Kita mengajarkan hubungan sebab dan akibat untuk membantu anak mengenali hubungan antara dua hal atau ketika menunjukkan bahwa satu kejadian adalah hasil dari kejadian lain. Untuk mengajarkannya, carilah contoh yang konkrit, karena balita tidak memahami hal-hal yang rumit. Misalnya: ajak anak Anda ke tempat yang terkena sinar matahari dan katakan, “Bila kamu terkena sinar matahari, kamu akan merasa panas.” “Bila kamu berlama-lama terkena sinar matahari, kulitmu bisa terbakar.” Anda bisa mengajak anak berlari-lari. “Bila kamu berlari dalam waktu lama, kamu akan merasa lelah.” Ketika Anda lihat anak Anda minum segelas air, Anda dapat mengatakan, “Setelah minum air, kamu tidak merasa haus lagi.”
Anda dapat melakukan permainan bersama anak untuk mengajarkan hubungan sebab akibat. Anda dapat menanyakan hal yang sederhana seperti “Apa terjadi bila kita menaruh es krim di sinar matahari?” atau “Tanaman membutuhkan air. Apa yang terjadi bila kita tidak memberinya air?” atau “Bila ayah tidak makan, apa yang terjadi?” “Ayah akan merasa lapar.”
Selanjutnya Anda dapat menjelaskan konsekuensi dari perilaku mereka dan penerimaan aturan alami yang terjadi dari perilaku ini. Dengan demikian, mereka dapat melihat hal ini sebagai konsekuensi, bukan hukuman. Contoh, “Bila aku makan pada waktu makan siang, aku tidak dapat makan lagi nantinya.”
Ketika mereka sudah benar-benar paham mengenai sebab dan akibat, Anda dapat sebab dan akibat yang tidak terlalu jelas. Dengan kata lain sebab dan akibat yang lebih berorientasi pada melakukan sessuatu yang baik daripada menjelaskannya. Contoh, “Bila kamu memberi makan seekor burung, kamu melakukan hal yang baik dan tebak apa yang akan kamu dapat? Yang lebih baik lagi!” Mengapa semua agama mengajarkan untuk melakukan  hal yang baik? Pada akhirnya kita ingin anak-anak kita menjadi dewasa sebagai orang yang baik  dan belajar melakukan hal-hal yang baik untuk dunia. Itulah mengapa mempelajari hubungan sebab akibat adalah pelajaran hidup yang sangat penting.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar