Tongkat Ajaib (Cerita Rakyat Cina)


Dahulu kala, ada sebuah danau yang sangat jernih di Yunnan. Beberapa orang petani memelihara sapi di dekat danau itu. Tiap pagi mereka mambawa sembilan puluh sembilan ekor sapi untuk minum di danau, namun pada siang hari, sapi-sapi itu berubah menjadi seratus ekor. Seorang gadis cantik selalu muncul pada saat yang sama. Tak seorang pun tahu dari mana asal gadis itu, namun mereka menyukainya. Ia tahu tentang banyak hal dan suka bercerita. Ceritanya sangat menarik.

“Ada seekor sapi ajaib di antara ternak kalian,” katanya. “Ia dapat berjalan di atas air. Sehelai bulunya dapat mengangkat beban yang sangat berat.”

Para petani menanyakan sapi yang mana yang ia maksudkan, namun ia hanya tersenyum. “Hanya orang yang jujur yang dapat mengetahuinya, “ katanya.

Pada suatu hari, sapi-sapi itu sedang mencari makanan. Gembala tua yang biasa menjaga mereka mengumpulkan mereka. Tak disadarinya tongkat tua yang dipakainya menyentuh seekor sapi. Beberapa  helai bulu sapi itu terselip pada retakan pada ujung tongkat.

Sore pun tiba, gembala itu mengikat dua keranjang kayu bakar pada ujung-ujung tongkat dan memikulnya. “Heran,” katanya dalam hati, “Kayu ini ringan sekali. Mungkin aku baru mengumpulkan sedikit kayu. Hari masih terang, lebih baik aku mengumpulkan kayu lagi.”

Ia pun mengumpulkan kayu lagi banyak-banyak. Diikatnya pada kedua ujung tongkat. Namun ia tetap dapat mengangkatnya dengan mudah. Ia pun pulang.

Demikianlah, tiap hari gembala tua mengumpulkan banyak kayu bakar dan membawanya ke pasar untuk dijual. Karena kayu yang dijualnya jauh lebih banyak dari sebelumnya, ia pun mendapat lebih banyak uang dan dapat menabung.

Pada suatu hari, ketika kakek itu membawa kayu itu ke pasar, seorang kaya melihatnya. Ia heran karena gembala yang sudah tua itu dapat membawa begitu banyak kayu. Tiap hari ia menunggu kakek itu lewat membawa kayu. Ia pun menemui kakek itu dan bertanya, “Kek, bagaimana kau dapat membawa kayu yang berat itu?”

“Tongkat ini ajaib,” jawab sang kakek.

“Kalau kau mau menjual tongkat itu kepadaku, aku akan memberimu lima ratus keping emas.”

Lima ratus keping emas adalah jumlah yang sangat besar. Uang itu dapat digunakannya hingga akhir hidupnya. Kakek pun menerimanya dan  memberikan tongkatnya kepada orang kaya itu.

Orang kaya itu sangat gembira karena berhasil mendapatkan tongkat ajaib. Namun ia lihat tongkat tua itu sudah usang dan retak-retak pada ujung. Dibawanya tongkat itu ke tukang kayu untuk diperbaiki. Tukang kayu memotong ujung tongkat yang retak dan membuangnya. Bulu sapi ajaib pun ikut terbuang.

Pada suatu hari orang kaya itu menunjukkan tongkat itu kepada isterinya. Ia mengikat banyak kayu di ujung-ujung tongkat dan menyuruh isterinya mengangkatnya. Wanita itu tentu saja tidak dapat mengangkatnya. “Kau ini, mana mungkin ini tongkat ajaib?” katanya, “ini cuma tongkat biasa.”

Orang kaya itu mengomel, “Dasar kamu tidak tahu apa-apa.” Ia pun mengangkat tongkat dan kayu itu. Ia juga tidak dapat melakukannya karena tongkat itu sekarang sudah kembali menjadi tongkat biasa.

11 komentar:

  1. terima kasih atas cerita ini. tetapi kalau nak buat cerita rakyat lebih baik buat dalam bahasa melayu.

    BalasHapus
  2. Pengajarannya adalah kita tidak boleh serakah. Hargai dan bersyukurlah atas apa yang telah diberikan Tuhan kepada kita.

    BalasHapus
  3. Ini bahasa malaysia ke indon? kalau bahasa malaysia betul ikut yang ni.

    Dahulu kala, ada sebuah danau yang sangat jernih di Yunnan. Beberapa orang ptani memlihara sapi berhampiran dengan danau itu. Setiap pagi mereka membawa Sembilan puluh Sembilan ekor sapi untuk minum di danau, namun pada siag hari, sapi-sapi itu berubah menjadi seratus ekor. Seorang gadis cantik selalu muncul pada saat yang sama. Tiada sesiapa pun yang tahu dari mana asal gadis itu, namun mereka menyukainya. Dia berilmu dan suka bercerita. Ceritanya sangat menarik. “Ada seekor sapi ajaib di antara ternak kalian,” katanya. “Ia dapat berjalan di atas air. Sehelai bulunya dapat mengangkat beban yang snagat berat.” Para petani menanyakan sapi manakah yang dia maksudkan, namun dia hanya tersenyum. “Hanya orang yang jujur dapat menegetahuinya,” katanya. Pada suatu hari, sapi-sapi itu sedang mencari makanan. Pengembala tua yang biasa menjaga sapi-sapi itu mengumpulkan kesemuanya. Tanpa disedarinya, tongkat tua yang dipakainya tersentuh seekor sapi. Beberapa helai bulu sapi itu terselip pada retakan pada hujung tongkat. Pengembala itu mengikat dua keranjang kayu bakar pada hujung-hujung tongkat dan memikulnya. “hairan,” katanya dalam hati. “Kayu ini ringan sangat. Mungkin aku baru mengumpulkan sedikit sahaja kayu. Hari masih terang, lebih baik aku sambung mengumpulkan kayu.” Dia pun mengumpulkan kayu lebih banyak dan diikatnya pada kedua-dua hujung tongkat. Namun, dia tetap dapat mengangkatnya dengan mudah. Dia pun terus pulang. Setiap hari pengembala tua itu mengumpulkan banyak kayu bakar dan membawanya ke pasar untuk dijual. Disebabkan kayu yang dijualnya jauh lebih banyak daripada sebelumnya, dia pun mendapat lebih banayk wang dan dapt menabung. Pada suatu hari, pengembala itu membawa kayu itu ke pasar, seorang kaya melihatnya. Dia hairan pengembala yang sudah tua dapat membawa begitu banyak kayu. Setiap hari dia menunggu pengembala itu lewat membawa kayu. Dia pun menghampiri pengembala tua itu lalu bertanya, “Bagaimana pak cik dapat membawa kayu yang berat itu?” “Tongkat ini ajaib,” jawab pengembala tua itu. “Kalau pak cik mahu menjual tongkat itu kepada saya, saya akan memberi pak cik lima ratus keeping emas.” Lima ratus keeping emas adalah jumlah yang sangat besar. Wang itu dapat digunakannya hingga ahkhir hidupnya. Pak cik itu pun menerimanya dan memberikan tongkatnya kepada orang kaya itu. Orang kaya itu sangat gembira kerana berhasil mendapatkan tongkat ajaib. Namun, dia melihat tongkat tua itu sudah using dan retak-retak pada hujungnya. Dia membawa tongkat itu kepada tukang kayu untuk diperbaiki. Tukang kayu itu memotong hujung tongkat yang retak dan membuangnya. Bulu sapi ajaib pun terbuang bersama. Pada suatu hari, orang kaya itu menunjukkan tongkat itu kepada isterinya. Dia mengikat banyak kayu di hujung-hujung tongkat dan menyuruh isterinya mengangkatnya. Isterinya tidak dapat mengangkatnya. “Kau ni, mana mungkin ini tongkat ajaib,” katanya, “ini Cuma tongkat biasa.” Orang kaya itu berkata, “dasar kamu tidak tahu apa-apa.” Dia pun mengangkat tongkat bersama kayu itu. Dia juga tidak dapat mengangkatnya kerana tongkat itu sekarang sudah kembali menjadi tongkat biasa.

    BalasHapus