Banyak orang menganggap untuk
mendisiplinkan anak perlu menggunakan prinsip:
“Harus dikerasin, biar jadi anak yang
baik.” Bila anak melakukan suatu kesalahan atau hal yang tidak disukai orang
tua, anak dimarahi atau dihukum. Ada pula orang tua yang selalu mengingatkan
anak, “Jangan ini, jangan itu.” atau “Ga boleh begitu.” Tak sedikit juga orang
tua yang menghentikan tindakan anaknya dengan,”Jangan berteriak!” yang menggelegar
sehingga para tetangga mendengar.
Sadarkah Anda, bahwa sudah bukan jamannya
lag menggunakan cara-cara di atas? Anak-anak dapat berperilaku baik tanpa
menggunakan cara yang menyakiti hati anak dan Anda sendiri. Marah dan mengomel
hanya membuat Anda lelah. Hukuman fisik
mungkin dapat membuat anak patuh, namun pada akhirnya anak hanya takut dihukum
dan kadang-kadang tetap berperilaku kurang baik, dan menanamkan dalam diri
mereka: “Ga apa-apa asal ga ketahuan.”
Berikut ini beberapa tip mendisiplinkan anak
dengan cara-cara yang positif
1. Memahami makna di balik perilaku
anak
Walaupun kita sering menganggap
anak berperilaku buruk, sebenarnya si anak melakukan apa yang dianggapnya
terbaik. Pahami mengapa anak berperilaku tertentu. Misalnya anak memukul
adiknya hanya karena ingin mendapat perhatian dari Anda. Bila Anda menemukan penyebab perilaku anak, Anda dapat memperbaikinya dengan
menghilangkan penyebab itu atau berbicara dengan anak untuk memulihkan
emosinya. Luangkan waktu untuk merefleksi diri, apakah salah satu penyebab anak
berperilaku buruk adalah perilaku Anda sendiri? Anda terlalu sibuk, misalnya,
atau anak Anda yang lebih kecil banyak membutuhkan perhatian sehingga kakaknya
merasa diabaikan. Luangkan lebih banyak waktu bersama anak. Tanamkan pemahaman
bahwa adik membutuhkan perhatian yang lebih besar karena belum dapat melakukan
apa-apa sendiri.Dulu kamu juga begitu waktu umurmu sama dengan adik sekarang.”
2. Kendalikan diri Anda
Anda mungkin marah, kesal atau
bahkan frustasi ketika anak berperilaku buruk. Dalam kondisi emosional seperti
itu, kita sering terpancing sehingga melakukan hal-hal yang akan kita sesali
seperti memarahi bahkan memukul anak. Cobalah menarik napas dalam-dalam beberapa
kali atau menghitung sampai 10 lambat-lambat.
Bila usaha itu tidak dapat membantu menenangkan Anda, tinggalkan anak
sejenak untuk meredakan emosi Anda. Tentu
saja ini hanya bisa dilakukan bila kondisinya memungkinkan, seperti Anda sedang
ada di rumah.
3. Berikan contoh yang baik
Orang tua adalah contoh bagi
anak-anak. Bila Anda berteriak, memarahi atau memukul anak ketika berperilaku
buruk, sama saja Anda membanarkan anak untuk melakukan hal yang sama. Anak yang
dipukul cenderung memukul saudaranya, temannya atau bahkan memukul Anda
.
4. Respek
Cara terbaik untuk mengajarkan
respek kepada anak adalah dengan menunjukkan bahwa kita menghormatinya.
Berteriak kepada anak menunjukkan bahwa kita tidak menghormatinya. Dekati anak
Anda dan gunakan kalimat positif. Atau ajak anak melakukan aktivitas lain.
5. Fokus pada perilaku baik
Kadang-kadang anak berperilaku
buruk karena mencari perhatian. Selama perilaku seperti ini tidak membahayakan
anak atau dapat melukainya, Anda dapat mengabaikannya. Berpura-puralah Anda tidak melihat atau
mendengarnya. Bila anak yang mengamuk atau merengek diabaikan, lambat laun ia akan
mencari cara yang lebih baik untuk berkomunikasi dengan Anda.
Sebaliknya, berikan pujian
ketika anak melakukan perilaku yang baik. Jangan khawatir terlalu banyak
memberikan pujian kepada anak. Pujilah perilaku anak, dan bukan anaknya. Jangan
katakan misalnya “Kamu pintar!” tetapi “Bunda senang, sekarang sudah bisa bantu Bunda merawat adik.”
6. Positif
Anak yang selalu mendengar,”Jangan,”
atau “Tidak boleh,” cenderung mengabaikan larangan Anda. Kalimat positif biasanya lebih efektif
daripada larangan. Misalnya, ganti “Jangan
berteriak!” dengan “Kalau kamu berisik,
kamu akan membangunkan adik.” Atau “Ga boleh lari-larian!” dapat Anda tukar
dengan “Di dalam rumah lebih enak berjalan, kan kita tidak terburu-buru.”
7. Aturan dan konsekuensi
Tetapkan aturan sesuai dengan
ekspektasi Anda dan tentu saja sesuai usia anak Anda. Ajak anak berdiskusi
untuk menetapkan aturan dan konsekuensi yang diterima bila aturan dilanggar.
Selalu konsisten dengan aturan yang sudah disepakati. Konsekuensi bukan hukuman. Bila anak menerima keonsekuensi
karena perilakunya, pastikan bahwa anak paham bahwa ia tidak sedang dihukum.
8. Jangan menyuap anak
Menawarkan sesuatu agar anak
berperilaku baik adalah tindakan yang kurang bijaksana. Misalnya, anda ingin
mengajak anak ke rumah teman, namun Anda takut anak Anda nakal di sana. Jadi
Anda menjanjikan mainan atau makanan agar anak mau menjaga perilakunya. Apa yang terjadi bila Anda terus melakukan
ini? Anak akan berpikir, “Aku akan mendapat hadiah bila kelakuanku baik.” Anak hanya berperilaku baik karena
mengharapkan imbalan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar