Dahulu kala, hidup seorang janda yang sangat kaya bernama
Nyi Endit. Ia hidup sendiri karena suaminya sudah meninggal dan ia tidak
memiliki anak.
Walaupun sudah memiliki harta yang sangat banyak, Nyi Endit
masih ingin menjadi lebih kaya lagi. Ia membeli hasil bumi dari petani-petani
di desanya dengan harga sangat murah. Pada masa-masa panen tidak berhasil
dengan baik, para petani terpaksa membeli beras dari Nyi Endit. Nyi Endit
memasang harga yang jauh lebih tinggi dari harga belinya.
Nyi Endit juga sangat pelit, ia tidak pernah mau memberi
sedekah. Pada suatu hari, seorang pengemis datang ke rumah Nyi Endit. Pengemis
itu sudah tua sekali, badannya kurus dan lemah. Ia berjalan dengan menggunakan
tongkat.
Kakek itu meminta sedekah kepada Nyi Endit. Ia belum makan
dan belum mendapat uang. Nyi Endit tidak memberikan uang atau makanan, justeru
menyuruh kakek itu pergi dari halaman rumahnya.
Keesokan harinya, kakek itu datang lagi. Ia minta sedekah dan Nyi Endit mengusirnya lagi. Kakek itu
memohon, memperingatkan Nyi Endit agar mau menolong sesama yang membutuhkan.
Tapi Nyi Endit tetap menyuruhnya pergi.
Pada hari ketiga, kakek pengemis datang lagi. Sebelum ia
mengatakan apa-apa, Nyi Endit sudah mengusirnya. Kakek itu sama sekali tidak
menjawab. Ia menancapkan tongkat yang dibawanya di halaman rumah Nyi Endit dan pergi begitu saja.
Nyi Endit tidak suka melihat tongkat yang menancap di
halamannya. Ia berusaha mencabutnya, tapi tidak berhasil. Ia menyuruh para pelayannya
mencabut tongkat itu, tidak ada yang bisa melakukannya. Akhirnya warga desa berdatangan.
Semua orang mencoba mencabut tongkat itu, tapi tongkat itu tetap menancap kokoh
di tanah.
Tiba-tiba kakek pengemis muncul lagi. Ia mencabut tongkat
itu dengan mudah sekali. Lalu ia pergi entah ke mana. Dari lubang bekas
menancapnya tongkat memancar air, makin lama makin banyak. Desa itu tergenang.
Semua warga desa segera mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.
Nyi Endit tidak mau kehilangan hartanya. Ia juga tidak mau
minta bantuan orang lain karena takut hartanya hilang. Makin lama air makin
tinggi, seluruh desa tenggelam, termasuk Nyi Endit dan seluruh hartanya.
Tempat itu menjadi genangan air yang luas membentuk danau.Danau
itu sekarang menjadi tempat wisata yang banyak dikunjungi orang. Lataknya di
dekat kota Garut, Jawa Barat. Orang-orang menyebutnya Situ Bagendit. Situ
artinya danau dan nama Bagendit diambil dari nama Nyi Endit.