Plastisitas Otak: Apa yang Anda Alami dan Pikirkan, Mampu Mengubah Otak Anda.




Ramon Y Cajal, ilmuwan besar ahli anatomi saraf dari Spanyol, mengumumkan bahwa otak orang dewasa sudah terpatri, kaku, dan tidak bisa berubah lagi. Namun, apa yang dikatakannya di tahun 1913 itu kini dibantah oleh penemuan baru yang menggemparkan.

Otak kita ternyata bersifat plastis. Tentu bukan berarti terbuat dari plastik, namun karakteristik otak ternyata mirip plastik, yakni mudah dibentuk. Plastisitas otak atau neuroplastisitas adalah kemampuan otak untuk mengubah struktur dan pola aktifitasnya sendiri tidak hanya dimasa kanak-kanak, yang tentunya tidak mengherankan, namun juga dimasa dewasa bahkan seumur hidup. Perubahan di otak terjadi akibat kegiatan atau pengalaman yang kita alami dan juga akibat dari aktifitas mental murni yaitu berpikir. Otak berubah melalui penataan ulang strukturnya dan dengan membentuk sambungan baru antar sel-sel otak.

Bukti dari plastisitas otak banyak kita saksikan di sekeliling kita. Orang yang buta sejak lahir belajar membaca huruf Braille dengan menggunakan jari-jemari untuk merasakan titik-titik yang menonjol. Akibatnya, terjadi perluasan area dan peningkatan aktifitas di bagian otak mereka yang bertanggung jawab untuk mengatur pergerakan dan menerima informasi sentuhan dari jari. Lebih dramatis lagi, bagian otak mereka yang sejak lahir sudah dipersiapkan untuk menangani informasi visual dari mata ternyata berganti pekerjaan dan sekarang menghandel informasi dari jari-jari. Membaca huruf Braille adalah contoh dari pengulangan kegiatan secara intensif yang terjadi cukup lama hingga akhirnya mengubah otak.

Namun otak tidak hanya berubah akibat kegiatan fisik, para atlet sudah mempraktikkan plastisitas otak melalui visualisasi yang mereka lakukan secara rutin. Hanya dengan membayangkan pukulan forehand yang ingin mereka latih, otak mereka merespon dengan memperluas area otot yang sedang dilatih.   

Melalui alat perekam otak, para ilmuwan menemukan bahwa pengemudi taxi di London memiliki hipokampus yang lebih besar daripada pengemudi bus di kota yang sama. Hipokampus dikhususkan untuk memperoleh dan menggunakan informasi spatial agar dapat bernavigasi dengan efisien. Pengemudi taxi harus berkeliling ke seluruh London sedangkan pengemudi bus hanya mengikuti jalur tertentu.

Plastisitas juga dapat dilihat pada para bilingual. Mempelajari bahasa kedua menyebabkan perubahan fungsi di otak. Otak bagian kiri bawah (parietal cortex) pada orang yang bilingual lebih besar daripada mereka yang monolingual. Demikian pula otak musisi profesional yang berlatih minimal 1 jam sehari, volume korteks mereka lebih besar dibanding musisi amatir dan non musisi.

Bagaimana orang tua bisa memanfaatkan informasi plastisitas otak bagi pengasuhan anaknya? Setiap pengalaman dan pikiran yang dialami anak penting bagi pembentukan otaknya. Orang tua perlu mengevaluasi kegiatan harian anak, apakah sudah membangun atau malah sebaliknya.

Plastisitas otak juga menunjukkan bahwa peningkatan fungsi otak terjadi jika kegiatan dilakukan secara terencana, spesifik, dan berulang-ulang seperti misalnya bermain musik. Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk merencanakan masa depan anak, karakter dan ketrampilan apa yang diperlukan untuk menghadapi masa depan, kemudian melatihnya secara khusus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar