Pada suatu hari yang panas, kancil ingin minum di sebuah sungai. Ketika tiba di dekat sungai, kancil melihat seekor keong berjalan ke arah sungai. Keong itu berjalan pelan sekali di antara dua buah semak berduri sehingga kancil tidakbisa lewat.
“Yong, cepat sedikit! Aku haus sekali,” kata kancil
“Tunggu, cil,” kata keong.
Keong berusaha berjalan secepat mungkin tapi kancil
sudah tidak sabar. Kancil marah dan
mulai mengejek keong.
“Makanya, yong.
Kalau mau jalanmu cepat, jangan
bawa-bawa rumahmu,” kata kancil.
Kancil terus mengejek sehingga keong kesal. “Jalanku
memang pelan. Tapi aku bisa lari lebih cepat darimu,”
“Kamu lari lebih cepat dariku?” kancil tertawa geli
sampai terguling-guling di tanah.
“Kamu tidak percaya? Jalanku memang lambat, tapi kalau
mau aku bisa lari lebih cepat darimu.”
“Kalau begitu, kita balapan yuk!” kata kancil
“Ayo, siapa takut! Besok kita balapan lari dari pohon
cemara sampai pohon durian itu.”
“Baik, besok kita bertemu pada waktu matahari terbit.
Jangan nangis kalau kalah, ya.” Kancil pun pergi sambil tertawa-tawa.
Seekor kelinci dan burung-burung menasihati keong agar
membatalkan balapan. “Kau pasti kalah,”
kata kelinci. “Benar, batalkan saja,” kata burung pipit.
“Datang saja besok, kita lihat apa yang terjadi,” kata
keong.
Esok paginya, seluruh warga hutan sudah mendengar
berita keong menantang kancil balapan. Banyak hewan datang menonton. Kancil senang sekali. Dia yakin sekali akan menang.
“Yong, kau yakin akan tetap balapan denganku? Tak perlu malu, belum terlambat untuk
membatalkannya.”
Keong menjawab dengan percaya diri, “Ayo kita mulai!”
Balapan dimulai. Kancil mulai berlari. “Yong, aku lari
pelan-pelan saja... toh aku akan tetap menang.”
“Hei, kancil! Aku di depanmu!”
Kancil terkejut. Keong sudah mendahuluinya. Kancil pun
mempercepat larinya.
Beberapa saat kemudian....
“Yong?”
“Aku di sini!” terdengar suara kecil di depan kancil.
Kancil sekarang lari secepat-cepatnya, tapi....
“Yong?”
“Hei, kancil! Kalau tidak cepat, kau akan kalah!”
Tiap kali kancil memanggil, “Yong?”, keong selalu ada
di depannya.
Kancil sudah hampir sampai di pohon durian. Dengan
gugup ia memanggil, “Yong?”
Keong sudah ada di bawah
pohon durian. “Aku di sini, cil. Aku menang!”
Penonton bersorak
sorai. Kancil yang sombong sangat malu.
Ia pergi dengan kepala tertunduk.
Benarkah keong berlari
lebih cepat dari kancil? Tentu saja tidak! Tapi keong cerdik. Ia mengumpulkan
teman-temannya. Semua keong tampak serupa. Keong yang banyak sekali itu
berjalan pelan-pelan di sepanjang jalur balapan. Tiap ada panggilan, “Yong?”
keong yang berada di depan kancil menjawab. Satu keong bersembunyi di bawah pohon durian, ketika kancil hampir
sampai, ia menampakkan diri.
Siapa lemah harus cerdik!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar