Meri sedang
sarapan. Sebetulnya pagi ini ia tidak ingin makan. Tapi mama mengingatkan kalau
tidak sarapan, nanti ia kelaparan sebelum sekolah usai. Malah bisa-bisa ia
sakit. Jadi ia paksakan makan sedikit.
Hari ini Meri
akan masuk di sekolah baru. Meri, papa, mama dan Soni kakaknya memang baru
pindah, karena papa dipindah tugaskan ke kota ini.
Meri sedih
sekali karena tidak mempunyai teman.
Nanti juga Meri punya teman-teman baru, kata mama . Mereka pasti sama
baiknya dengan teman-teman lama Meri.
Meri sedang
membayangkan, kira-kira seperti apa ya, teman-teman sekelasnya nanti. Bagaimana
bila mereka nakal dan suka usil?
Lamunan Meri
buyar ketika mama menyuruhnya menyelesaikan makannya dan segera bersiap ke
sekolah. Mama akan mengantar dan menjemputnya selama beberapa hari. Selanjutnya Meri akan
berangkat dan pulang dengan bus jemputan sekolah.
Hari ini mama
sengaja mengantar Meri dengan menumpang bus jemputan, supaya Meri dapat
berkenalan dengan sopirnya dan anak-anak yang lain. Di bus itu ada sepuluh
anak. Beberapa tampaknya seusia dengan Meri. Ada seorang anak perempuan yang
memperhatikan Meri. Lalu ia tersenyum. Meri membalasnya malu-malu.
Setiba di
sekolah, anak-anak langsung turun dan dari bus dan berjalan ke kelas
masing-masing. Meri dan mama berjalan di belakang. Guru Meri menyambut di pintu
kelas dan memperkenalkan Meri kepada teman-teman sekelasnya.
“Anak-anak,
ini teman baru kalian”, kata ibu guru. “Namanya Meri. Nah, Meri, kamu duduk di
sini ya.”
Ibu guru
menunjuk sebuah bangku yang kosong. Meri cepat-cepat duduk di sana. Kemudian ia
melihat bahwa yang duduk di sebelahnya adalah anak perempuan di bus tadi.
Meri
mengulurkan tangan, mengajak bersalaman. “Halo, namaku Meri”
“Aku Sani.
Tadi ketemu di bus ya?
“Iya. “
Meri senang.
Sani kelihatannya baik dan ramah. Ia juga berkenalan anak-anak lain yang duduk
berdekatan.
Hari itu
mereka bermain tarik tambang dengan bimbingan ibu guru. Meri sekelompok dengan
Sani . Selesai bermain mereka beristirahat. Teman-teman sekelasnya berkerumun
di sekeliling Meri. Mereka semua ingin berkenalan. Mereka semua ramah dan
menyenangkan. Mereka saling berbagi bekal dan makan bersama.
Saatnya
pulang, mama sudah menunggu di gerbang sekolah. Mereka naik bus jemputan lagi. Sani
juga pulang bersama mereka. Ternyata rumah Sani hanya berjarak beberapa rumah
dari rumah mereka.
Sore itu
ketika makan malam, papa bertanya bagaimana Meri dan Soni di sekolah baru. Meri
menceritakan teman-teman baru dan ibu gurunya. Soni juga sudah mendapat banyak
teman baru.
“Senang kan,
banyak teman baru?” tanya mama.
“Senang
sekali ma,” kata Meri.
Mereka
malanjutkan makan malam. Setelah selesai, Meri membantu membersihkan meja
makan. Sementara itu mama mencuci
piring. Meri menyusul mama ke dapur.
“Ma,” kata
Meri agak takut-takut.
“Ya, sayang?”
kata mama, “Ada apa?”
“Emm... boleh
ga, besok Meri berangkat sekolah sendiri?”
Mama berpikir
sebentar.
“Kamu berani
berangkat tanpa mama?”
“Kan ada
Sani, ma.”
“Baiklah, “
kata mama, “Tapi kamu harus hati-hati ya. “
Esok paginya
Meri bersemangat sekali. Pagi sekali ia sudah bangun dan mandi. Mama memberi
beberapa nasihat agar Meri berhati-hati di perjalanan.
“Naik atau
turun dari bus harus menunggu busnya benar-benar berhenti.”
“ Berbahaya
berjalan-jalan dalam bus ketika bus berjalan.”
“Jangan
berdesakan dan dorong-dorongan ketika mau turun.”
Meri
mendengarkan baik-baik dan mengingatnya dalam hati. Nasihat mama banyak juga,
tapi Meri yakin, semua pasti berguna untuk keselamatan Meri sendiri.
Ketika bus
jemputan datang, mama mengantar Meri sampai ke bus. Mama mengatakan kepada
sopir bus bahwa mulai hari ini Meri akan berangkat tanpa diantarkan oleh mama.
Pak sopir menunggu hingga Meri duduk kemudian menjalankan bus.
Meri senang
sekali. Ia semula mengira mama tidak akan mengijinkannya berangkat sekolah
sendiri. Ia juga senang di sekolah. Teman barunya banyak, dan bukan hanya teman
sekelasnya saja, tapi juga anak-anak dari kelas lain. Meri tidak sedih lagi
karena bertemu dengan teman-teman sekolahnya dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar