Tak mudah menyuruh anak kecil berbagi. Kutipan di bawah ini menggambarkan perasaan
balita menyangkut benda-benda di sekitarnya:
Bila aku menyukainya,
barang itu milikku
Bila kamu memilikinya,
barang itu milikku
Bila aku sedang memegangnya,
barang itu milikku
Bila kamu sedang memegangnya,
barang itu milikku
Bila nampaknya bisa
jadi milikku, barang itu milikku
Bila aku pernah
menyentuhnya, barang itu milikku
Bila aku bisa mencium
baunya, melihatnya, merasakannya,
mendengarnya atau
berpikir tentangnya, barang itu milikku
Bila barang itu
milikku, takkan pernah jadi milikmu
Bila barang itu
milikku, tetap milikku selamanya
Balita membangun konsep diri dan menganggap barang
miliknya sebagai bagian dari dirinya. Berbagi mainan atau makanan mereka anggap
memberikan sebagian dari dirinya dan mereka tidak ingin melakukannya.
Tovah Klein, Ph.D, direktur Barnard Center for Toddler Development of Barnard College mengatakan: “Walaupun orang tua sering sulit menerimanya, sifat mementingkan diri sendiri adalah bagian perkembangan anak sesuai dengan usianya,”
Tovah Klein, Ph.D, direktur Barnard Center for Toddler Development of Barnard College mengatakan: “Walaupun orang tua sering sulit menerimanya, sifat mementingkan diri sendiri adalah bagian perkembangan anak sesuai dengan usianya,”
Balita usia 2-3 tahun yang mementingkan diri
sendiri adalah bagian dari perkembangan dan sepenuhnya nornal.
Mengajarkan anak-anak berbagi.
Mengajarkan anak berbagi sebelum berusia setidaknya dua setengah tahun
mungkin adalah usaha yang sia-sia, tapi Anda dapat mulai mengenalkan anak pada
konsep berbagi.
Penting juga diingat untuk tidak memaksa anak berbagi atau menghukumnya
karena tidak mau berbagi. Biarkan anak berbagi karena kemauannya sendiri.
Ajarkan dengan contoh.
Anak-anak belajar dengan menirukan. Gunakan tiap kesempatan untuk berbagi
dengan anak Anda. Tanyakan apakah anak mau membagi makanannya dengan Anda, atau
apakah ia mau membantu Anda membuat kue, atau apakah ia ingin meminjam gadget
Anda. Jadikan berbagi kebiasaan dalam
keluarga.
Manfaatkan rasa bahagia dari berbagi
Apa yang Anda rasakan, ketika Anda memberikan
atau meminjamkan barang Anda kepada orang lain? Anda mungkin pada awalnya tidak
sukarela memberikan sesuatu kepada orang lain. Tetapi kemudian Anda merasa
senang karena membantu orang lain dan karena melakukan perbuatan yang baik.
Kebahagiaan Anda bertambah ketika melihat kebahagiaan orang yang Anda bagi..
Melakukan hal-hal yang membuat kita merasa senang
menyebabkan tubuh melepaskan hormon yang disebut Oxytocin. Paul Zak, pendiri Center
for Neuroeconomics Studies pada Claremont Graduate University, menunjukkan
dalam risetnya, orang merasa senang ketika berbagi dan tubuh mereka melepaskan Oxytocin, membantu mengurangi stres dan
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Tak
jarang orang berbagi demi rasa bahagia yang didapat dari memberi dan
berbagi.
Bimbingan emosional positif
Ketika anak berbagi, ajukan pertanyaan yang memperkuat perasaan bahagia
yang ia rasakan. “Tadi kamu tersenyum ketika meminjamkan robotmu kepada Jimmy. Menurutmu,
Jimmy merasa senang bermain dengan mainanmu?
Apa yang kamu rasakan ketika bermain bersama?”
Tambahkan pujian sebagai bonus, “Ibu bangga sekali, anak ibu mau
meminjamkan mainannya kepada teman dan bermain bersama.”
Dengan demikian, Anda membantu anak menghubungkan tindakan berbagi dengan emosi
positif yang hebat. Ini adalah kunci
mengajarkan berbagi kepada anak.
Berbagi dengan kakak/adik
Salah satu tugas berat orang tua adalah membuat anak mau berbagi dengan
saudaranya. Gunakan prinsip yang sama. Anak berbagi ketika mereka ingin
melakukannya. Anak mau berbagi karena perasaan bahagia yang mereka rasakan.
Carilah cara-cara yang paling tepat untuk anak-anak Anda. Berikut beberapa
contoh yang dapat Anda praktikkan.
Zona aman
Bantu anak-anak memahami bahwa ada barang miliknya dan ada barang milik
orang lain. Terapkan zona aman untuk masing-masing anak. Semua benda di dalam zona aman adalah milik si
empunya zona dan orang lain yang ingin bermain dengan barang di zona itu harus
minta ijin. Bila anak-anak mempunyai kamar sendiri zona aman adalah kamar
mereka masing-masing. Bila anak mempunyai kamar bersama, Anda dapat menyediakan
zona aman berupa lemari, kotak mainan atau tempat penyimpanan lain. “Kotak biru
ini milik kamu, kotak yang merah milik Kakak.”
Bergantian
Bila lebih dari satu anak ingin bermain dengan mainan yang sama, gunakan timer. Ketika waktu habis, anak yang
sedang bermain harus memberikan mainan itu kepada saudaranya, tanpa
perpanjangan waktu atau alasan untuk mempertahankan mainan itu. Lama kelamaan,
anak-anak akan bosan dengan mainan itu dan menemukan mainan lain.
Bermain dengan baik
atau kehilangan mainan
Anak-anak sering dapat berbagi dan bermain bersama, namun ada saatnya
anak-anak berebut. Cara berbaik adalah mengingatkan anak-anak untuk memecahkan
masalah mereka sendiri. Tapi bila mereka tetap berebut dan bertengkar, Anda
dapat mengambil mainan yang diperebutkan. Berikan peringatan dan anak-anak akan
belajar bahwa mereka berhadapan dengan konsekuansi kehilangan mainan mereka bila berebut.
Jadwal
Ada saatnya anak harus berbagi benda yang tidak dapat dimainkan bersama.
Misalnya gadget dimana masing-masing anak mempunyai permainan favorit yang berbeda.
Tetapkan jadwal agar anak dapat berbagi. Libatkan anak-anak dalam menetapkan
jadwal itu. Dengan demikian anak-anak merasa terlibat dalam pemecahan masalah.
Sumber: http://talkingtotoddlers.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar