Orang Tua Perlu Memiliki Harapan Realistis
Milikilah harapan yang realistis dan terimalah konsekuensi.
Anak-anak
tetaplah anak. Mereka memang selalu suka membuat kekacauan, ribut, dan
kadang-kadang tidak mau menurut.
Lalu apa yang
bisa kita lakukan?
- Beri kesempatan atau ruang bagi mereka untuk melakukan kesalahan.
- Doronglah mereka untuk berpikir sendiri dan bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Tips ini merupakan bagian dari Booklet Cara Cerdas Mengatasi Konflik dan
Kenakalan Anak - Kumpulan Tips Parenting. Booklet karya Andyda Meliala
bersama Tim Resourceful Parenting Indonesia ini akan beredar akhir
Juni 2013.
Hubungi kami di 0821-3341-5615
·
Membangun Rasa Percaya Diri Pada Anak
Bangunlah rasa
percaya diri anak. Jika mereka percaya diri, mereka akan mencoba hal-hal baru,
berteman dengan anak lain, dan mereka bisa menyelesaikan masalah yang mereka
temui seiring dengan perkembangan mereka.
Buka dunia mereka: Berilah
mereka kesempatan untuk menghadapi pengalaman baru dan tantangan. Senantiasa
beri dukungan kepada mereka.
Kasihi: Nyatakanlah rasa
sayang kepada mereka. Caranya? Peluk, beri senyuman, dan cium mereka.
Beri kesempatan untuk mandiri: Jangan selalu menyelesaikan masalah anak Anda. Beri kesempatan
mereka menyelesaikan masalah sendiri. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya
diri mereka.
Beri semangat: Beri pujian
lebih banyak. Kurangi kritikan.
Jangan membanding-bandingkan: Setiap anak unik. Jangan membandingkan anak Anda dengan anak lain.
Jika Anda membandingkan-bandingkan, mereka akan tumbuh dengan perasaan kurang
berharga dibandingkan anak lain.
Tips ini merupakan bagian dari Booklet Cara Cerdas Mengatasi Konflik dan Kenakalan Anak - Kumpulan Tips Parenting karya Andyda Meliala dan Tim Resourceful Parenting Indonesia yang akan beredar akhir Juni 2013.
Hubungi kami di 0821-3341-5615
Penghargaan dan Perhatian Ketika Anak Berkelakuan Baik
Kadang kala kita
kurang memberi perhatian atau penghargaan ketika anak berkelakuan baik.
Sebaliknya, kita justru memperhatikan mereka saat berkelakuan buruk.
Satu hal
yang perlu kita ingat sebagai orang tua adalah anak sangat membutuhkan
perhatian orang tua. Mereka akan melakukan apa saja untuk mendapatkan perhatian.
Maka tidak heran, mereka kerap berkelakuan buruk semata-mata karena ingin
diperhatikan. Karena itu, sebagai orang tua kita perlu memberikan pujian setiap
kali anak berkelakuan baik. Sebaiknya jangan hanya menyoroti kenakalan mereka.
Berikut ini
hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam memberikan penghargaan
atau pujian kepada anak.
- Penghargaan tidak harus berwujud materi.
- Berikan penghargaan dan pujian yang tulus. Hal ini bisa membentuk dan meningkatkan rasa percaya diri anak.
- Tidak perlu meributkan kesalahan-kesalahan kecil. Jika Anda memuji anak Anda yang sudah bertindak baik dan mengabaikan kesalahan-kesalahan kecil, mereka akan paham bahwa perilaku buruk tidak bisa dipakai untuk menarik perhatian Anda
Tips ini ada dalam Booklet Cara Cerdas Mengatasi Konflik dan Kenakalan Anak - Kumpulan Tips Parenting karya Andyda Meliala dan Tim Resourceful Parenting Indonesia, yang akan beredar akhir Juni 2013.
Hubungi 0821-3341-5615
Permainan Menjimpit Pasir
Permainan ini baik untuk melatih gerakan motorik halus anak. Gerakan motorik halus perlu dilatih agar anak dapat menulis dengan baik.
Bahan yang dibutuhkan:
- Pasir (Pilihlah pasir yang tidak tajam, misalnya pasir laut. Bersihkan pasir dari kotoran dan benda-benda lain. Cuci dan keringkan pasir sebelum mengajak anak bermain)
- Kertas koran untuk alas bila perlu.
- Wadah misalnya mangkuk bila perlu
Caranya mudah sekali:
- Letakkan sedikit pasir di lantai atau meja. Alasi dengan koran bila Anda mau.
- Minta anak menjimpit pasir (mengambil pasir dengan ibu jari dan telunjuk) dan memindahkannya ke tempat lain atau Anda dapat menyediakan wadah untuk pasir yang dipindahkan.
- Agar seru, ikutlah bermain. Anda juga dapat mengajak anak-anak lain berlomba memindahkan pasir
Permainan ini dapat Anda ajarkan ketika anak mulai belajar menulis, atau bahkan pada usia 2-3 tahun.
Have fun!
Tetapkan peraturan, batasan, dan kegiatan rutin yang jelas untuk anak.
Dalam hal menetapkan peraturan dan batasanm serta kegiatan rutin untuk anak-anak Anda, perlu diperhatikan:
- Orang tua harus konsisten.
- Orang tua perlu menetapkan aturan. Sebaiknya anak dan orang tua membuat kesepakatan bersama soal aturan.
- Sekali kita mengatakan “tidak”, kita harus tetap konsekuen. Mungkin hal ini sulit. Namun, jika kita punya aturan yang jelas, itu akan mempermudah Anda dan anak Anda.
- Tepati janji yang Anda buat kepada anak.
- Buat aturan yang sederhana dan jelas.
- Tidak perlu membuat aturan yang terlalu banyak.
- Terapkan satu kegiatan rutin setiap waktu. Setelah kegiatan tersebut dijalankan dengan baik, baru mulai atau menambah rutinitas yang lain.
Booklet ini akan beredar akhir Juni 2013
Hubungi 0821-3341-5615
Kisah Katak Yang Terjatuh ke Dalam Lubang
Pada suatu hari, beberapa ekor katak berjalan-jalan di
hutan. Tiba-tiba dua ekor katak terperosok ke dalam sebuah lubang yang dalam.
Dinding lubang itu penuh batu tajam yang akan melukai katak-katak itu ketika
melaluinya.
Kedua katak kebingungan, “Bagaimana kita bisa keluar dari
sini?”
Salah satu kata berkata, “Kita coba melompat ke luar.”
Temannya setuju. Bergantian mereke melompat setinggi mungkin, namun tidak dapat
mencapai bibir lubang. Tubuh mereka luka-luka tergores batu-batu pada dinding
lubang.
Teman-teman mereka berteriak dari atas lubang,”Sudahlah!”
“Jangan melompat lagi!”
“Kalian akan makin parah terluka.”
“Lebih baik kalian mengambil batu dan memukul kepala kalian.”
“Lebih baik mati sekarang daripada mati kelaparan.”
Salah satu katak menjadi putus asa. Ia mengambil sebuah batu
besar dan memukulkannya ke kepalanya. Ia pun mati.
Temannya sangat sedih melihat katak yang mati itu. Ia
bertekad untuk mencoba lagi ke luar dari lubang. Ia melompat, tapi kembali
jatuh ke dasar lubang. Ia melompat lagi, gagal lagi
.
Katak itu memutuskan untuk beristirahat sebentar. Kemudian, Ia
melompat, mengerahkan tenaganya. Kali ini ia dapat melompat ke atas sebuah batu
yang menonjol di diinding lubang.
Katak
berisirahat lagi di atas batu itu. Sekarang ia tidak terlalu jauh dari bibir
lubang.
Ketika ia sudah merasa lebih bertenaga, ia mencoba merayap
pada dinding, berpegangan pada batu-batu.
Akhirnya katak itu berhasil mencapai bibir lubang. Ia
kelelahan dan luka-luka di sekujur tubuhnya, tapi ia selamat.
Teman-temannya segera memberinya minum dan merawat luka-lukanya. Katak itu berkata, “Terima kasih, teman-teman. “
“Aku berhasil selamat,” katanya lagi, “karena kalian tak
henti-hentinya menyemangatiku. Sayang teman kita itu terlalu cepat putus asa.”
Katak-katak yang lain keheranan. Mereka bertanya, “Apa yang
kami katakan kepadamu hingga kau begitu gigih naik ke bibir sumur?”
“Tentu saja,” jawab katak itu, “Kalian terus menyemangatiku!”
Ternyata katak itu hampir tuli. Ia dapat mendengar sedikit
suara teman-temannya namun tidak jelas. Namun justru itulah yang membuatnya
selamat!
Pahami Perubahan Ketika Anak Bertumbuh
Seiring
perkembangan usia, kebutuhan dan pemahaman anak pun berubah.
Eksplorasi: Anak yang
masih kecil mengenal dunia dengan cara menyentuh, mengguncang, menjilat,
menuang, meremas, dan masih banyak lagi. Ini bukan tindakan nakal. Akan tetapi,
dengan cara inilah anak mengenal dunia sekitarnya. Di rumah, sebaiknya simpan
barang-barang berharga dan barang yang mudah pecah agar anak-anak bisa mengeksplorasi
dunia sekitarnya dengan aman. Saat anak-anak masih kecil, suasana rumah bisa
kacau dan membuat kita lelah. Tapi coba pikir, dengan semua kekacauan itu
mereka belajar banyak hal!
Kemandirian: Saat anak
Anda bertambah besar, mereka akan mencoba melakukan hal-hal yang baru. Anda
dapat melatih kemandirian mereka dengan cara memberi mereka kesempatan untuk
melakukan banyak hal sendiri. Misalnya, Anda dapat meletakkan mainan anak di
tempat yang tidak terlalu tinggi sehingga mereka bisa mengambilnya sendiri.
Selain itu, berilah mereka kesempatan untuk memakai baju sendiri atau makan
sendiri.
Dorongan semangat:
Anak-anak akan belajar apa saja yang boleh dilakukan dari orang tua. Karena
itu, berilah pujian dan perhatian jika mereka berperilaku baik. Jika Anda hanya
memberi perhatian saat anak Anda nakal, selanjutnya mereka akan berusaha
mencari perhatian dengan melakukan kenakalan.
Tips ini dimuat dalam Booklet Cara Cerdas Mengatasi Konflik dan Kenakalan Anak - Kumpulan Tips Parenting, karya Andyda Meliala dan Tim Resourceful Parenting Indonesia yang akan beredar akhir Juni 2013.
Hubung 0821-3341-5615
Beri Anak Kesempatan Bermain
Anak perlu bermain. Mereka butuh waktu untuk bermain sendiri, bersama teman-temannya, dan bersama orang tua.
Apabila mereka
ada kegiatan bermain yang mengasyikkan, mereka tidak akan melakukan
kenakalan-kenakalan yang tidak perlu seperti membuang remote control ke tong sampah atau berantem dengan adik atau
kakaknya. Jika Anda harus mengerjakan banyak hal, Anda bisa menyiapkan
aktivitas bermain untuk anak-anak sehingga mereka bisa melewatkan waktu yang
menyenangkan.
Anak dapat
belajar sesuatu dari permainan yang mereka lakukan. Pastikan mereka bermain
dengan aman.
Berikut ini
beberapa ide untuk aktivitas bermain:
Menggambar dan mewarnai:
Anak-anak biasanya menyukai aktivitas yang berkaitan dengan karya seni. Prinsip
mereka: Semakin kacau, semakin seru!
Bermain air: Sediakan
botol dan gelas plastik yang dapat dipakai anak untuk bermain air.
Bermain imajinasi: Anda
dapat mengajak anak memakai boneka mereka untuk pura-pura mengadakan acara
minum teh. Anda bisa juga mengajak mereka membuat kebun binatang mainan dengan
memakai boneka-boneka binatang mereka. Selain itu, Anda bisa menyediakan peralatan
dapur yang tidak mudah pecah dan tidak membahayakan untuk dipakai anak bermain
toko-tokoan. Biarkan imajinasi anak Anda berkembang.
Pakai sarana yang sederhana: Anda bisa memakai satu kotak krayon dan lilin untuk bermain bersama
anak. Ketika mandi, ajak anak bermain dengan menggunakan gelas plastik atau
spons.
Tips ini merupakan bagian dari Booklet Cara Cerdas Mengatasi Konflik dan Kenakalan Anak - Kumpulan Tips Parenting, tulisan Andyda Meliala dan Tim Resourceful Parenting Indonesia yang akan beredar akhir Juni 2013.
Hubungi 0818 682 099
Ajak Anak Bicara dan Dengarkan
Semua
anak unik. Sebagai orang tua, kita wajib mengenal mereka. Kita perlu tahu apa
yang membuat mereka marah atau kesal. Dengan begitu kita dapat mencegah
kemarahan dan suasana hati yang tidak menyenangkan.
Apa
yang perlu dilakukan orang tua agar dapat memahami mereka? Ajaklah bicara serta
dengarkan mereka. Dengan begitu, kita dapat memahami apa yang mereka rasakan
dan pikirkan. Berikut ini hal-hal yang perlu Anda perhatikan saat berkomunikasi
dengan anak.
Bahasa: Pakailah kata-kata yang
bernada positif. Katakan dengan jelas apa yang tidak boleh mereka lakukan dan
apa yang Anda minta untuk mereka lakukan. Daripada berkata: “Jangan buat
kekacauan”, sebaiknya Anda berkata: “Tolong bereskan mainan kalian.” Ini adalah
salah satu contoh cara pengasuhan anak yang positif.
Ubahlah nada
bicara Anda: Suara adalah sarana yang sangat penting dalam berkomunikasi. Dengan mengatur
nada atau volume suara, Anda dapat menghentikan situasi yang kacau atau
menyuruh anak melakukan yang Anda inginkan. Anda bisa melakukan hal ini dengan
anak yang lebih besar.
Bantu mengungkapkan perasaan: Cobalah
menolong mereka dalam menemukan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan apa
yang mereka rasakan. Meskipun hal ini perlu waktu lama, teruslah beri dorongan
kepada mereka.
Beri
penjelasan: Jika Anda memberi larangan kepada anak, sebaiknya diikuti dengan memberi
penjelasan dan beri alternatif lain. Misalnya: “Rosi sedang bermain-main dengan
bonekanya. Nah, kalau begitu, mari kita cari mainan yang lain.”
Libatkan anak: Setiap kali Anda punya
kesempatan membicarakan peraturan dan hal yang Anda harapkan dari anak,
libatkan mereka dalam pembicaraan.
Diskusi: Saat anak Anda sudah
mulai besar, ajaklah mereka berdiskusi mengenai aturan yang akan mereka jalani.
Katakan
bahwa Anda mencintai mereka. Tunjukkan rasa sayang Anda dengan tersenyum,
memeluk, dan mencium mereka. Katakan kepada mereka saat Anda kesal, atau saat
Anda tidak suka dengan perilaku mereka. Mereka perlu mengetahui dan
Kisah Matahari dan Angin (Fabel Aesop)
Pada suatu hari, matahari
dan angin berdebat, siapa yang paling kuat di antara mereka berdua. Tiba-tiba mereka
melihat orang berjalan. Orang itu memakai mantel.
Angin berkata, “Lihat orang
itu. Ayo kita berlomba. Siapa yang dapat membuat mantel orang itu lepas, dia yang menang.
Dialah yang terkuat.”
Matahari setuju. Angin mulai
dahulu. Ia mengambil nafas dan “Wuuuuss,” angin meniup orang itu sekencang-kencangnya.
Ternyata mantel orang itu tidak terlepas.
Angin mencoba lagi. Ia
menarik nafas dalam-dalam dan meniup lebih kencang. “Wuuuuuuussss.” Orang iru
malah merapatkan mantelnya.
Makin kencang angin meniup,
makin kencang orang itu merapatkan mantel. Akhirnya angin kelelahan. Ia
berhenti meniup.”
“Aku tidak bisa melepaskan
mantel orang itu,” kata angin. “Tapi kamu juga pasti tidak bisa.”
“Lihat,” kata matahari
sambil tersenyum. Matahari mulai memancarkan sinarnya ke orang itu. Orang itu
mulai kepanasan. Tak lama kemudian orang itu melepaskan mantelnya dan mencari
tempat yang teduh. Angin akhirnya mengaku kalah kepada matahari.
Mengapa Anak Nakal?
Pernahkah kita
merasa kesal ketika menghadapi kenakalan anak? Ya, anak-anak memang bisa
bertingkah mengesalkan. Mereka marah, menjerit-jerit, memukuli kakak atau
adiknya, tidak mau menurut, merusak barang, dan bersikap seenaknya. Anak-anak
selalu berusaha melawan batasan-batasan yang telah ditetapkan orang tua. Sebetulnya
mereka ingin tahu apa yang akan terjadi jika mereka marah, memukul, atau
mengucapkan kata-kata kasar.
Ada beberapa
alasan di balik perilaku buruk anak:
·
Mereka kesal atau khawatir
dengan sekolah.
·
Mereka kesal terhadap saudara
mereka.
·
Mereka ingin didengarkan.
·
Mereka ingin ditemani oleh
orang tua.
Biasanya
anak-anak bertingkah buruk semata-mata untuk mencari perhatian. Jika mereka sudah bersikap baik, tapi orang tua tetap
tidak memberi perhatian, biasanya anak akan terus “bertingkah”. Tujuan mereka
hanya satu, yaitu mencari perhatian, bahkan jika pada akhirnya perhatian yang
mereka dapatkan berupa teguran.
Dalam kasus
seperti ini orang tua perlu mencari cara untuk mengurangi suasana yang menekan di
rumah. Orang tua perlu membantu anak dalam mengendalikan perilaku dan mengatur
hidup mereka sehari-hari.
Anda Bertanya Kemi Menjawab - Anak TK Tidak Mau Ditinggal di Kelas
Tanya:
Anak saya, laki-laki, sekarang 4,5 tahun. Tahun lalu
saya memasukkannya ke TK. Selama beberapa hari saya mengantar dan menunggu di
luar kelas. Anak saya selalu minta saya menemani di dalam kelas. Guru menyuruh
saya menunggu di luar kelas, tapi anak saya selalu menangis dan mengganggu
pelajaran. Akhirnya saya memutuskan untuk menunda sampai tahun ini untuk memasukkan anak saya ke TK.
Saya takut mengalami kejadian seperti tahun lalu. Bagaimana kalau anak saya
tidak mau bersekolah sebab saya tidak menunggu di dalam kelas?
Jawab:
Bunda, semua anak memerlukan masa transisi ketika mulai
bersekolah. Beberapa anak memerlukan waktu lebih lama untuk menyesuaikan diri,
mendapat teman-teman baru dan akhirnya betah
di sekolah.
Mulailah melakukan persiapan sebelum mulai masuk
sekolah dengan membawa anak ke sekolahnya, mengajaknya berjalan-jalan di
sekolah. Tunjukkan ruang kelas, tempat bermain dan juga toilet. Kenalkan anak
kepada guru-guru dan pegawai sekolah.
Membawa anak berbelanja keperluan sekolah seperti tas
sekolah, sepatu dan buku-buku juga dapat membantu membangkitkan semangat anak
bersekolah.
Silakan baca artikel kami, Mempersiapkan Anak-anak Menghadapi Tahun Ajaran Baru
Semoga bermanfaat.
Anda Bertanya Kami Menjawab - Takut Suami Tak Mau Ikut Merawat Bayi
Tanya:
Saya sedang hamil 6 bulan, anak pertama. Suami saya sering mengatakan bahwa dia tidak suka anak kecil. Saya takut nanti kalau bayi sudah lahir, suami tidak mau ikut mengurus bayi. Pasti saya repot sekali. Bagaimana ya?
Jawab:
Halo Bunda, memang akan berat sekali bila seorang ibu baru harus merawat bayi sendirian. Tetapi belum tentu seorang pria yang tidak suka anak kecil akan menjadi seorang ayah yang tidak mau merawat bayinya.
Sering terjadi, para ayah (terutama pada anak pertama) tidak ingin terlalu terlibat dalam perawatan bayi karena mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, takut salah dan membahayakan bayinya.
Bunda juga perlu menekankan bahwa keterlibatan Ayah dalam merawat bayi bukan semata untuk meringankan beban Bunda, tetapi juga untuk kepentingan bayi, keluarga dan Ayah sendiri.
Keterlibatan Ayah perlu dimulai sebelum bayi lahir, banyak yang dapat Ayah pelajari selama bayi masih dalan kandungan.
Untuk lebih lengkapnya, silakan Bunda membaca artikel kami, Keterlibatan Ayah dalam Perawatan Bayi.
Semoga bermanfaat, dan selamat menyambut kehadiran anggota baru dalam keluarga!
Keterlibatan Ayah dalam Perawatan Bayi
Banyak
ibu yang baru melahirkan mengeluh, suaminya tidak mau membantu merawat bayi,
misalnya mengganti popok pada malam hari atau menyiapkan botol susu. Ayah seolah tidak peduli bahwa bunda sudah
lelah seharian merawat bayi dan mengerjakan tugas-tugas rumah tangga lain.
Nah,
Bunda, banyak ayah yang siap merawat bayinya begitu lahir (bahkan ada suami
yang justu mengajari isterinya cara menggendong dan membedong bayi mereka), sebetulnya lebih banyak
Ayah yang merasa canggung merawat bayi
terutama anak pertamanya, karena tidak tahu caranya!
Bisa
jadi Ayah terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sehingga menyerahkan perawatan
bayi sepenuhnya kepada Bunda. Keterlibatan Ayah dalam merawat bayi bukan hanya
untuk kepentingan Bunda. Ayah juga perlu membangun kelekatan batin dengan si
kecil.
Orang
tua baru sering merasa takut merawat bayi yang baru lahir. Bayi tampak begitu
kecil dan lemah sehingga Bunda dan Ayah sering tidak merasa tidak tahu apa yang
harus dilakukan. Anda perlu waktu,
observasi dan latihan untuk merawat bayi
yang baru lahir. Seorang ayah yang biasanya merasa bahwa ialah yang kuat dalam
keluarga, kali ini merasa tidak berdaya.
Akibatnya sering kali seorang ayah,
menarik diri, tidak ingi terlibat dalam perawatan bayi.
Silakan
coba tip melibatkan Ayah dalam perawatan bayi:
Libatkan Ayah sejak Bunda Hamil
Melibatkan Ayah dalam
perawatan bayi dimulai sejak Bunda hamil. Ayah akan lebih banyak mengamati
perkembangan bayi.
- Ajak Ayah ketika Bunda mengunjungi dokter kandungan, khususnya ketika
Anda akan melakukan pemeriksaan USG.
- Ajak Ayah mendampingi ketika Anda
- Ajak Ayah ngobrol tentang bagaimana keseharian Ayah Bunda kelak ketika
bayi sudah lahir, misalnya ketika si kecil berumur 3 bulan, 1 tahun atau
lebih besar.
- Tanyakan apakah Ayah memiliki kekhawatiran seperti tidak tahu cara
merawat bayi. Yakinkan Ayah bahwa ia akan menjadi ayah yang baik. Juga
bahwa walaupun Anda berdua perlu banyak belajar, Ayah akan dapat merawat
bayi dengan baik.
- Diskusikan bahwa Bunda akan membutuhkan bantuan Ayah dalam merawat
bayi, seperti bangun ketika bayi menangis pada malam hari, memberikan
botol susu, menyuapi, mengganti popok dan menenangkan bayi yang rewel atau
menangis.
- Katakan terus terang apa yang Bunda harapkan dari Ayah untuk terlibat dalam merawat bayi. Tentu saja Bunda perlu mengemukakan harapan yang realistis. Kemukakan alasannya, dalam hubungan dengan manfaat keterlibatan Ayah bagi bayi, dirinya sendiri, Anda dan perkawinan Anda. Jelaskan bahwa keterlibatan Ayah akan lebih mudah membentuk kelekatan batin antara Ayah dan bayi.
Ketika bayi sudah hadir dalam keluarga
- Percayalah pada kemampuan Ayah sebagai orang tua. menurut banyak
penelitian, seorang ayah memiliki kemampuan menjadi orang tua dengan kasih
sayang dan ketrampilan sama seperti seorang ibu.
- Berikan dorongan yang Ayah butuhkan karena ia sedang mempelajari
ketrampilan baru yang kadang-kadang lebih suka dihindarinya bila mungkin,
misalnya ketika harus mengganti popok. Jelaskan bahwa Bunda sendiri juga
sering mengalami kesulitan.
- Tunjukkan bahwa Bunda menghargai usaha Ayah, walaupun mungkin
cara-cara yang digunakannya berbeda dengan Anda atau ketika Ayah
mengajarkan sesuatu yang baru kepada Anda.
- Tahan diri Anda, jangan terlalu banyak memerintah, “mengajari” dan
mengkritik Ayah dalam perawatan bayi. Jangan membesar-besarkan masalah
kecil, misalnya Ayah memasangkan celana ungu dengan baju merah, Anda cukup
tersenyum sambil mengingat bahwa untuk mencocokan baju dan celana kerjanya
saja, Ayah sering minta pendapat Bunda.
- Ketika Bunda perlu memberi saran, lakukan dengan hormat dan spesifik.
Memberikan ide positif mengenai apa yang bisa ayah lakukan lebih baik
daripada melarang Ayah melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukannya
dengan baik.
- Jangan segan meminta Ayah melakukan sesuatu untuk membantu Anda. Di kemudian
hari, ketika Anda sibuk, Ayah akan tahu apa yang harus dilakukannya tanpa
disuruh.
- Beri kesempatan kepada Ayah untuk banyak berinteraksi dengan bayi.
Ketika bayi rewel, biarkan Ayah untuk menenangkan bayi tanpa campur tangan
Anda. Ketika anak sudah balita, minta Ayah sekali-kali mengenalkan makanan
baru kepada anak. Minta anak untuk meminta ayahnya bermain bersamanya,
membacakan cerita. Minta Ayah mengantar anak pergi tidur.Usahakan agar Ayah
mempunyai kesempatan besama anak-anak tanpa Anda.
- Minta Ayah ikut mengantarkan Anda membawa anak ke dokter. Usahakan agar
dokter berbicara kepada Anda berdua.
- Sebelum kehadiran bayi, mungkin Anda sering berjalan-jalan berdua.
Ajak Ayah dan bayi berjalan-jalan bertiga, Anda dapat menggunakan kereta
bayi atau minta Ayah menggendong bayi.
Walaupun mungkin
sulit bagi Ayah untuk mulai terjun dalam perawatan bayi, dengan pengalaman dan
latihan, lambat laun Ayah tidak canggung lagi dan akan makin trampil dan luwes
dalam merawat bayi.
Sumber:
Teka Teki Silang Nama Burung
Pertanyaan:
Mendatar:
2 Dapat
diajari bicara
3 Bulunya
putih dengan jambul kuning
5 Telurnya
berbintik-bintik
6 Mirip
bebek tapi lehernya panjang
8 Burung
cantik dari Papua
9 Burung
penyanyi berekor panjang
10 Bulunya
hijau, ekornya indah Burung besar yang tak dapat terbang
11 Mirip burung dara
Menurun:
` 1 Lambang negara kita
2 Bulunya putih, sering ada di tepi sungai
4 Suka bernyanyi
7 Dulu digunakan untuk mengirim surat
Anda Bertanya Kami Menjawab - Khawatir Anak Cemburu Pada Bayi
Tanya:
Saya sedang hamil anak kedua. Anak pertama saya umurnya 3 tahun. Saya beberapa kali mendengar tetangga dan keluarga menakuti anak saya, katanya kalau adiknya sudah lahir ia tidak disayang lagi. Anak saya menangis dan murung. Saya takut anak saya benci kepada adiknya. Bagaimana mengatasinya?
Jawab:
Anak-anak sering merasa khawatir menjelang hadirnya anggota baru dalam keluarga karena takut tidak mendapat perhatian dan kasih sayang seperti sebelumnya. Bunda tidak perlu khawatir bahwa anak tidak dapat menerima kehadiran adiknya dengan baik. Persiapkan anak selama masa kehamilan Anda dan libatkan anak dalam perawatan adiknya. Artikel Aku Senang Punya Adik Bayi dapat memberikan tip untuk menghadapi persaingan antara kakak dan adik bayi.
Selamat mencoba, semoga bermanfaat!
Langganan:
Postingan (Atom)