Sang Pembohong

Sang Pembohong
Dahulu kala, ada seorang raja yang sangat ingin tahu. Raja itu juga sangat menginginkan hiburan.
Pada suatu hari, raja memerintahkan para pejabat untuk mencari orang-orang untuk mengikuti lomba pembohong. Peserta yang bisa membohongi raja akan menerima apel emas langsung dari tangan raja.
Orang-orang datang dari seluruh negeri. Ada bangsawan,  pedagang, petani, bahkan ahli agama mengikuti lomba yang tidak biasa itu. Raja mendengarkan semua cerita mereka, tapi sayangnya raja sudah pernah mendengar cerita yang mereka tuturkan. Raja menyuruh mereka pulang.
Setelah lomba berjalan beberapa bulan, raja mulai merasa lelah dan bosan. Tidak ada peserta membawakan cerita yang belum pernah didengarnya. Raja memutuskan, esok hari ia akan mengumumkan bahwa lomba akan ditutup tanpa ada pemenangnya.
Tiba-tiba pengawal mengumumkan bahwa ada seseorang ingin berjumpa dengan raja. Raja memerintah pengawal membawa orang itu  menemui raja.
Raja memperhatikan tamunya. Tampak sekali bahwa orang itu miskin sekali. Pakaiannya lusuh dan robek di sana sini.
“Nah, apa keperluanmu menemuiku?” tanya raja.
“Baginda,” kata orang miskin itu, “Saya ingin menagih emas satu peti yang Anda pinjam sepuluh tahun yang lalu.”
Raja merasa belum pernah bertemu dengan orang itu, apalagi meminjam emas darinya.
“Aku tidak meminjam emas sebanyak itu darimu.”
“Coba Yang Mulia ingat-ingat lagi. Anda meminjamnya dariku sepuluh tahun yang lalu.”
“Aku belum pernah bertemu denganmu. Bagaimana aku meminjam emas darimu?”
“Sepuluh tahun itu waktu yang lama, Yang Mulia. Wajah saya waktu itu berbeda dengan sekarang.”
“Tidak. Aku bahkan tidak pernah meminjam apapun dari siapapun.”
“Tapi benar, Anda meminjam satu peti emas dariku. Mohon kembalikan emasku sekarang.”
Raja mulai kesal. “Kau pembohong!”
“Kalau begitu, mohon berikan apel emasnya.”
“Apa maksudmu dengan apel emas?”
“Saya mengatakan Yang Mulia meminjam satu peti emas, tapi Anda mengatakan saya pembohong. Jadi saya berhak mendapat apel emas dari Baginda.”
“Tunggu dulu,” kata raja. “Setelah kupikir-pikir, kau mungkin tidak berbohong.”
“Kalau begitu, berikan peti emasku, Yang Mulia.”
Raja tertawa terbahak-bahak. “Kau pembohong yang hebat.” Raja lalu memberikan apel emas kepada orang itu, yang berhasil membohongi raja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar