Dahulu kala,
hiduplah sepasang burung gereja di sebuah pohon beringin. Mereka membangun
sarang di pohon itu dan so betina bertelur. Pada suatu siang yang panas, seekor
gajah liar berteduh di bawah pohon beringin itu. Merasa marah karena kepanasan,
gajah itu mematahkan sebatang dahan pohon beringin di mana pasangan burung
gereja itu bersarang. Burung malangh itu selamat, tapi mereka tidak dapat
menyelamatkan telur-telur mereka. Semua jatuh dan pecah. Burung gereja betina
sangat sedih dan berduka.
Seekor burung
pelatuk, sahabat burung gereja betina sangat prihatin mendengar kejadian itu. “Ada
seekor lalat,” kata pelatuk, “ia dapat membantumu membalaskan perbuatan gajah
itu.”
Burung gereja dan pelatuk pergi menemui sang lalat. “Ini sahabatku,” kata pelatuk kepada lalat. “seekor gajah memecahkan telur-telurnya. Kami membutuhkan bantuanmu. Bantu kami membalas perbuatan gajah itu.”
Burung gereja dan pelatuk pergi menemui sang lalat. “Ini sahabatku,” kata pelatuk kepada lalat. “seekor gajah memecahkan telur-telurnya. Kami membutuhkan bantuanmu. Bantu kami membalas perbuatan gajah itu.”
“Ayo kita pergi
menemui katak, sahabatku,” kata lalat. Mereka bertiga pergi menemui katak untuk
minta bantuan.
“Lakukan apa yang kukatakan kepadamu,” kata katak. “Lalat, pergilah mendekati gajah pada suatu siang yang panas. Mendekatlah pada telinganya dan gumamkan lagu yang indah di telinganya. Ketika gajah tidak menyadari apa yang terjadi, kau pelatuk, patuk kedua matanya.dengan demikian, ia menjadi buta. Ketika ia haus, ia akan mencari sumber air. Aku akan menunggunya di rawa-rawa dan berkoak. Ketika ia mendengar suaraku, ia mengira telah tiba di sumber air. Ia akan masuk ke rawa dan tenggelam di sana.
Esok siangnya, matahari bersinar terik. Lalat, burung pelatuk dan katak menjalankan rencana mereka. Karena buta, gajah itu masuk ke rawa dan tenggelam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar