Rumpelstilskin


Dahulu kala ada sebuah kerajaan di daerah timur. Kerajaan itu subur, tanahnya tertutup ladang gandum yang menghasilkan panen berlimpah. Tiap warga mempunyai persediaan makanan lebih dari cukup dan dapat menjualnya sebagian ke pedagang dari negara tetangga. Mereka kaya raya seperti raja mereka.
Tetapi hal ini justru membuat raja mereka iri. Selain itu ia juga tamak. Ia suka mengamati jerami yang baru dipotong dari ladang. Menurutnya, warna jerami itu seperti emas. Lambat laun pikirannya dipenuhi dengan bagaimana caranya mengubah jerami menjadi emas. Ia mulai membawa semua jerami yang dapat diperolehnya dan menyimpannya di tiga gudang besar di istana. Ia memperkerjakan para ahli kimia dari seluruh dunia untuk membuat formula yang dapat mengubah jerami menjadi emas,  tapi tak seorangpun berhasil melakukannya.  
Keinginan raja mengubah jerami menjadi emas diketahui seluruh rakyatnya dan seorang pengusaha penggilingan gandum mengambil keuntungan untuk kepentingannya sendiri. Ia memiliki seorang anak gadis yang cantik jelita. Seperti ayah lain, ia menganggap puterinya adalah gadis tercantik di seluruh dunia dan ia ingin menikahkan gadis itu dengan raja dan menjadikannya ratu.
Pada suatu hari, ia pergi ke istana untuk menemui raja. Ia menceritakan anak gadisnya dan mengatakan bahwa gadis itu dapat memintal jerami menjadi emas. Raja sangat tertarik, “Jika benar puterimu dapat memintal jerami menjadi emas,  aku akan menikah dengannya dan ia akan menjadi ratu. Tapi puterimu harus membuktikan ucapanmu. Bawalah puterimu ke istana nanti malam. Aku harus mengujinya.“
Raja meletakkan mesin pemintal di salah satu gudang jeraminya di istana. Ketika puteri penggiling gandum datang sore itu, raja mengajaknya ke gudang jerami dan menunjukkan mesin pintal dan jerami. “Aku ingin kau pintal semua jerami ini menjadi emas,” kata raja. “Aku akan datang kembali besok pagi, dan bila kau tidak dapat menyelesaikan pekerjaanmu, kau akan dihukum mati. Nah, tunggu apa lagi? Mulailah bekerja!” Raja mengunci gadis itu di dalam gudang dan pergi.

Gadis malang itu tidak dapat menggunakan mesin pintal dengan baik, apalagi mengubah jerami menjadi emas. Ia mulai menangis. Makin ia memikirkan tugas yang tidak dapat dilaksanakannya dan hukuman yang menantinya, makin keraslah tangisnya.
Tiba-tiba, pintu gudang terbuka, dan seeorang laki-laki aneh muncul. Kepala laki-laki itu terlalu besar bagi tubuhnya sedangkan lengannya panjang dan kurus. “Hai, mengapa kau menangis seperti ini?” orang itu bertanya. “Ada masalah apa? Gadis cantik sepertimu tidak boleh sedih begitu.”
Gadis itu bercerita dengan sedih, “Aku harus memintal jerami ini menjadi emas. Bagaimana aku melakukannya? Aku pasti dihukum mati besok pagi.”
Mata orang kerdil aneh itu menyala. “Oh, hanya itu?” teriaknya. “Apa yang akan kauberikan kepadaku bila aku membantu  menyelesaikan pekerjaanmu?” Gadis itu memakai sebuah kalung yang indah dengan liontin dari perak. “Ini,” kata gadis itu, “ambillah kalungku.” “Bagus,” kata orang kerdil itu. Ia mengambil kalung itu dan memasukkannya ke sakunya,  dan mulai memintal. Gadis itu berhenti menangis. Ketika itu, orang kerdil itu telah memintal satu gulungan benang emas. Orang itu bekerja tanpa istirahat. Ia terus memintal sambil bersenandung. Tak lama kemudian, semua jerami  di gudang itu sudah habis karena sudah dipintal menjadi dua pulung gulung benang emas murni.
Esok paginya, ketika matahari terbit, raja membuka pintu gudang. Ia sangat gembira melihat gulungan benang emas. “Kau benar-benar bisa memintal emas dari jerami.” Sifat serakahnya makin kuat melihat benang emas itu.  Tak lama lagi, semua jeraminya akan berubah menjadi emas. Raja menyuruh pelayan membawakan makanan untuk gadis itu. “Makanlah dan kemudian tidurlah. Kau harus bekerja nanti malam.”
Malam itu, raja mengajak gadis itu ke gudang kedua untuk memintal jerami. “Nah, mulailah memintal jerami menjadi emas. Ingat, bila besok pagi kau tidak menghabiskan semua jerami ini dan memintalnya menjadi benang emas, kau akan dihukum mati.” Raja meninggalkan gudang itu setelah mengunci pintunya dari luar.
Gadis itu merasa sedih dan ketakutan. Gudang itu bahkan lebih besar dari gudang pertama dan penuh berisi jerami. Ia mulai menangis. Ketika air mata pertama bergulir di pipinya, tiba-tiba orang kerdil itu muncul lagi. Ia menanyakan mengapa gadis itu menangis lagi. Setelah mendengar penjelasan si gadis, orang itu berkata, “Aku bisa membantumu. Tapi upahku bila aku membantumu kali ini?” Gadis itu menunjukkan cincin permata hijau di jarinya. “Hanya ini yang kumiliki,” katanya. “Baiklah,” kata si orang kerdil sambil mengambil cincin itu dan memasukkannya ke saku. Ia lalu duduk di depan mesin pintal dan mulai memutar rodanya. Orang kerdil itu bersenandung dan bekerja tanpa henti. Ketika semua jerami sudah selesai dipintal, orang kerdil itu membungkuk memberi hormat dan menghilang.
Sang raja senang sekali dengan benang emas yang dihasilkan gadis itu. Ia memanggil pelayan untuk memberi makanan dan merawat gadis itu. Ia juga menyuruh gadis itu beristirahat sebelum memulai tugas ketiganya.  Raja berpikir bahwa gadis itu mempunyai bakat yang unik Jangan sampai ia bekerja dan menghasilkan emas dari jerami untuk orang lain. Ia harus menikahi gadis itu.
Malam tiba, gadis itu mengajak gadis itu ke gudang jerami ketiga. “Aku ingin kamu memintal jerami di gudang ini menjadi emas. Besok pagi aku akan melihat hasil kerjamu. Bila kau  berhasil, aku akan menjadikanmu ratuku. Tapi bila kau gagal, kau akan dihukum mati.” Raja mengunci gudang dari luar dan pergi.
Gadis itu memandang ke sekelilingnya. Gudang ketiga ini besarnya sama dengan gudang pertama digabung dengan gudang kedua. Tumpukan jerami yang tinggi memenuhi seuruh gudang. Gadis itu ketakutan. Bagaimana ia dapat memintal semua jerami itu menjadi emas hanya dalam waktu semalam? Air mata menetes di pipinya. Tiba-tiba orang kerdil itu muncul lagi. “Hai, Lagi-lagi kau menangis. Apakah kau harus memintal jerami lagi?” Gadis itu membenarkan. “Tolong aku... tapi aku sudah tak punya apa-apa lagi untuk kuberikan padamu.” Gadis itu terkejut melihat si kerdil tersenyum. “Raja berjanji untuk menikahimu, bukan?” Gadis itu mengangguk. “Kalau begitu, kelak berikan anak pertamu kepadaku.”
Gadis itu tidak ingin memberikan anaknya kepada si kerdil. Tapi saat ini hanya si kerdil yang dapat membantunya menghindari hukuman mati besok pagi.  “Baiklah,” kata si gadis, “Bila aku menjadi ratu, aku akan memberikan anak pertamaku kepadamu.”
Si kerdil tersenyum lagi. Ia segera duduk di depan mesin pintal dan mulai bekerja.  Kali ini ia bekerja jauh lebih cepat dari sebelumnya.  Sambil bersenandung, ia menghasilkan gulungan benang emas lebih banyak dan lebih cepat dari sebelumnya.
Pagi tiba. Si Kerdil mengucapkan selamat tinggal dan menghilang. Si gadis duduk di lantai dan merenungkan nasibnya.  Raja membuka pintu gudang dan gembira melihat begitu banyak gulungan benang emas. Ia adalah orang terkaya di kerajaannya dan ia akan menikah dengan gadis yang bisa memgubah jerami menjadi emas.
Pesta pernikahan diselenggarakan dengan meriah. Gadis puteri pemilik penggilingan gandum sekarang menjadi ratu. Ia hidup tenang dan bahagia. ia bahkan sudah lupa kepada si kerdil. Setahun berlalu, ratu melahirkan puteri yang mungil. Beberapa hari setelah puterinya lahir, ratu sedang beristirahat bersama bayinya di kamar. Tiba-tiba si kerdil muncul. “Aku datang untuk mengambil apa yang kaujanjikan kepadaku,” kata si kerdil. “Aku tidak dapat memberikan bayiku kepadamu. Ambillah apa saja, tapi jangan ambil puteriku,” kata ratu.
Si kerdil berkeras. “Aku sudah memiliki apa pun di dunia ini. Tapi memiliki manusia kecil sangat penting bagiku, lebih penting dari apa pun di dunia ini.” Sang ratu terus berusaha membujuk si kerdil. “Baiklah, kuberi kau waktu selama tiga hari. Aku akan kembali dan kau harus menyerahkan puterimu, kecuali kau dapat menyebutkan namaku.”

Sang ratu mengumpulkan semua juru tulis di istana dan  menyuruh mereka membuat daftar nama, nama dari seluruh kerajaan dan dari negeri –negeri asing.
Esok paginya, si kerdil muncul dan bertanya, “Bagaimana, ratuku, apakah kau tahu namaku?” Ratu membacakan nama dari daftar namanya “ Alexander?” “Bukan, itu bukan namaku.” “Antonio?” “Nama yang bagus, tapi itu bukan namaku?”  “Gerard.”  “Silakan coba lagi, ratu.” Ratu membaca nama-nama itu selama beberapa jam. Si kerdil hanya tersenyum dan menggeleng.
Ratu mengirim orang-orang ke seluruh negeri untuk menemukan nama yang unik, tidak biasa, aneh, pendeknya semua nama. Si Kerdil kembali esok harinya dan mendengar senua nama yang berhasil dikumpulkan sang ratu. “Bukan, ratuku, semua itu bukan namaku. Besok  aku kembali dan aku akan membawa puterimu.”
Malam itu sang ratu gelisah dan tidak dapat tidur semalaman. Pada pagi hari ketiga, sang ratu merasa putus asa. Puterinya akan dibawa oleh si kerdil.  Seorang juru tulisnya kembali dari tugas mencari nama ke seluruh penjuru negeri.  “Ratu, saya mencari ke seluruh kerajaan, tapi tidak menemukan nama yang belum pernah kudengar sebelumnya.  Tapi kemudian saya berjalan di daerah pedesaan yang sepi di tepian hutan. Di sana saya menemukan sebuah rumah kecil yang tidak biasa. di depan rumah itu menyala api unggun. Seorang laki-laki kecil yang aneh menari mengelilingi api unggun. Ia aneh sekali, kakinya sangat pendek tapi lengannya panjang dan kurus sekali. Sambil menari ia terus bersenandung berulang-ulang.  Ratu mendesak juru tulis itu menceritakan apa yang dinyanyikan orang pendek itu.
“Ia bersenandung: ‘Aku memasak, membuat roti dan membersihkan rumah. Esok aku akan bersama puteri sang ratu, karena tak seorangpun, tak satupun tahu, bahwa Rumpelstiltskin namaku!’”
Sang ratu hampir melompat saking gembiranya. Ia masih tersenyum ketika si kerdil datang lagi. Ia membungkuk dan bertanya, “Siapa namaku, ratu?” Wajah sang ratui berubah menjadi sungguh-sunguh dan ia bertanya, “Apakah namamu Roustabout?” si kerdil menggeleng. “Kalau begitu mungkin namamu  Romulus?” “Bukan, ratu, itu bukan namaku. Kau takkan bisa menebak namaku. Berikan puterimu sekarang!”
“Aku akan menebak sekali lagi. Bila aku salah, kamu boleh pergi membawa puteriku.”
Senyum si Kerdil makin lebar. Akhirnya ratu menyerah. “Baiklah, ratuku.”

“Hmmm, namamu Rumpelstiltskin bukan?” Si kerdil terkejut dan marah sekali. “Siapa yang memberi tahumu? Aku akan membalasnya.” Si kerdil menhentak-hentakkan kakinya kuat-kuat. Begitu kuanya hingga papan lantai berlubang dan kaki si kerdil masuk ke dalamnya dan tersangkut di sana.  Ia berusaha menarik kakinya keluar, tapi kakinya justru terlepas. Wajah di kerdil mejadi merah tua saking marahnya. Ia berjalan dengan satu kaki meninggalkan istana. Sejak saat itu ia tidak pernah terlihat  lagi di kerajaan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar