Seekor anak katak melompat-lompat pulang dari pergi
bermain. Ibunya sudah menunggu di depan rumah.
“Ke mana saja
kamu seharian? Sudah sore begini baru pulang.” tanya ibu katak
“Habis main, bu, bersama teman-teman.” Jawab anak
katak.
“Kalau mau pergi, kamu mestinya bilang sama ibu, mau ke
mana, pergi sama siapa,” kata ibu katak lagi sambil cemberut.
“Maaf, bu," kata anak katak.
"O ya, kami tadi melihat hewan besaaaar sekali, “ anak
katak berceloteh. “Kata temanku namanya sapi.”
“Sapi? Seperti apa hewan itu?”
“Warnanya putih,
ada hitam-hitamnya sedikit.”
“Bentuknya seperti apa?”
Anak katak tak dapat menjawab. Lalu ia hanya
menambahkan, “Pokoknya besar sekali , bu!”
“Sebesar ibu?” tanya ibu katak yang ternyata belum pernah
melihat sapi.
“Lebih besar dari ibu.”
“Masa?”
Ibu katak mengambil napas dalam-dalam dan menahannya
dalam perut sehingga tubuhnya menjadi lebih besar.
“Sebesar ini?”
“Lebih besar lagi.”
Ibu katak, yang tidak mau ada hewan lain yang lebih
besar dari dirinya, mengambil napas dalam-dalam lagi dan menggelembungkan
dirinya lagi.
“Lihat, nak! Pasti tidak sebesar ini.”
“Lebih besaaar... bu.”
Ibu katak kembali bertambah besar dan besar, namun
anaknya tetap mengatakan bahwa sapi yang dilihatnya masih lebih besar lagi.
Ia mengambil napas lagi, namun, kali ini ia tersedak
dan jatuh terjungkal. Napas yang dari tadi ditahannya terhembus keluar dan ia
menjadi kecil seperti semula. Sementara
seluruh tubuhnya terasa sakit dan kepalanya benjol karena terantuk waktu
terjatuh tadi.
Ia sudah bersiap untuk membesarkan diri lagi, namun
anaknya langsung mencegahnya.
“Sudahlah, bu, sapi itu besar sekali. Ibu tak akan bisa menjadi sebesar dia, “ kata anak katak.
“Besok, kita jalan-jalan yuk, aku tunjukkan sapinya
pada ibu.”
Ibu katak akhirnya berkata, “Baiklah nak,” lalu dengan agak malu, ia mengaku, “Ibu tadi hampir celaka karena ingin menyamai sapi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar