Kisah Hungbu dan Nolbu


Dahulu kala hiduplah dua bersaudara di Korea. Yang sulung bernama Nolbu. Ia serakah dan pendendam.  Ia juga tidak disukai karena sering membuat masalah dengan para tetangganya.  Sementara itu adiknya bernama Hungbu baik hati dan suka menolong orang lain.

Pada suatu hari ayah mereka meninggal dunia. Sebelum meninggal sang ayah berpesan agar harta peninggalannya dibagi dua untuk Nolbu dan Hungbu. Tapi Nolbu justru mengusir adiknya dan mengambil semua hartanya.

Hungbu menjadi sangat miskin. Ia pekerja keras, tapi tetap saja keluarganya selalu berkekurangan. Anak dan isterinya sering kelaparan.

Pada suatu hari Hungbu melihat seekor ular menyerang sarang burung walet. Semua burung di sarang itu dimakan ular, kecuali seekor walet muda yang dapat menyelamatkan diri, tapi kakinya tersangkut rumpun bambu dan terluka. Hungbu mengambil burung malang dan membawanya pulang. Ia merawat burung itu. Setelah sembuh burung itu terbang pergi.

Musim semi tiba. Pada suatu hari burung walet itu datang dan menjatuhkan sebutir biji labu di kaki Hungbu sebagai tanda terima kasih. Hungbu memungut biji labu itu dan menanamnya di halaman rumah.

Beberapa kemudian, biji labu itu mulai tumbuh. Dalam waktu singkat, tanaman labu Hungbu tumbuh besar dan menghasilkan lima buah labu raksasa.  Ketika labu itu sudah cukup tua, Hungbu mengambil sebuah labu dan membelahnya. Ternyata labu itu berisi beras yang sangat banyak. Isteri Hungbu senang sekali karena sekarang mereka mempunyai persediaan beras yang cukup untuk dimakan berbulan-bulan. 

Hungbu mengambil labu kedua dan membelahnya. Dari dalam labu mengalir emas banyak sekali. Hungbu dan isterinya bersuka cita. Sekarang mereka tidak akan kekurangan lagi, bahkan mereka sudah menjadi kaya raya.

Ketika mereka membelah labu ketiga, seorang peri yang cantik muncul. Peri itu mendekati dua buah labu yang tersisa dan berkata, “Ayo keluarlah, botol biru! Kau juga, botol merah!” Kedua labu itu terbelah sendiri dan muncullah botol biru dan botol merah.  

Peri itu berkata kepada Hungbu dan isterinya, "Sekarang kamu harus membangun sebuah rumah.” Tiba-tiba keluarlah banyak tukang kayu dari botol biru. Dari botol merah muncul kayu yang banyak sekali. Tukang-tukang kayu itu langsung bekerja. Dengan segera berdirilah sebuah gedung yang besar dan megah.

Setelah pekerjaan mereka selesai, tukang-tukang kayu itu menghilang ke dalam botol biru. Peri juga berubah menjadi segumpal asap putih yang masuk ke botol biru.
Berita bahwa Hungbu kaya mendadak menjadi pembicaraan semua orang di kota itu. Nolbu juga mendengar berita itu. Ia segera mendatangi rumah Hungbu. Hungbu menceritakan burung walet yang terluka dan apa yang tejadi sesudahnya.

Nolbu bergegas pulang ke rumahnya. Ia juga ingin mendapatkan banyak harta seperti adiknya. Ia menangkap seekor burung walet dan dengan sengaja mematahkan satu kakinya. Kemudian Nolbu mengobati burung walet itu dan merawatnya. Burung itu sembuh dan pergi.
Pada musim semi, burung walet kembali dan memberikan sebutir biji labu. Nolbu menanam biji labu itu. Ketika tanaman labu itu berbuah, Nolbu segera membelah sebuah, tak sabar melihat apa yang ada di dalamnya.

Dari labu itu muncul roh-roh mengerikan, masing-masing membawa tongkat yang panjang. “Kau sangat serakah. Kami akan menghukummu.” Mereka memukuli Nolbu dengan tongkat. Setelah itu mereka menghilang.

Nolbu yang kesakitan segera membelah labu kedua, berharap akan menemukan emas. Tapi yang muncul adalah para penagih hutang. “Beri kami uang. Kalau tidak, kami akan mengambil semua hartamu.” Tanpa menunggu jawaban Nolbu, penagih hutang itu masuk ke rumah Nolbu dan mengambil semua isinya dan pergi.

Belum menyerah, Nolbu membelah labu ketiga. Kali itu keluarlah air yang sangat kotor dari dalam labu. Air yang berbau tajam itu mengotori seluruh rumah Nolbu.


Nolbu lari ke rumah adiknya untuk meminta bantuan. Hungbu menyambutnya dengan hangat. Nolbu menyadari semua perbuatan tidak baik yang pernah dilakukannya. Sejak saat itu ia menjadi orang yang baik. Ia bahkan memberikan setengah hartanya kepada Hungbu.  Sekarang Nolbu hidup tenang karena ia sudah tidak mengejar-ngejar harta lagi dan selalu berbuat baik kepada orang lain. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar