Di dekat kota Fuzhou, pada delta sungai Min, ada sebuah pulau yang dihuni
banyak keluarga petani dan nelayan. Dahulu kala, seorang pemuda petani tinggal
di pulau itu, namanya Xie Duan. Xie Duan hidup sebatang kara, kedua orang
tuanya sudah lama meninggal. Xie Duan rajin bekerja dan suka membantu teman dan
tetangganya.
Pada suatu sore, Xie Duan pulang dari sawah. Ia menemukan
seekor siput dengan cangkang yang sangat indah. Ia membawa siput pulang dan
meletakkannya di sebuah mangkuk berisi air.
Esok malamnya Xie Duan pulang. Ia terkejut karena lantai rumahnya telah disapu bersih. Tidak ada debu dan kotoran yang menempel. Sementara itu, rumah beraroma sedap. Di meja makan tersedia makanan yang masih panas.
“Dari mana makanan ini? Siapa yang membersihkan rumahku?”, tanya Xie Duan dalam hati. "Pasti tetanggaku yang membalas bantuan yang kuberikan." Xie Duan memang sering membantu tetangganya dan tidak pernah mau dibayar. Tetangga Xie Duan kemudian membalas bantuan itu dengan mengirimkan makanan.
“Dari mana makanan ini? Siapa yang membersihkan rumahku?”, tanya Xie Duan dalam hati. "Pasti tetanggaku yang membalas bantuan yang kuberikan." Xie Duan memang sering membantu tetangganya dan tidak pernah mau dibayar. Tetangga Xie Duan kemudian membalas bantuan itu dengan mengirimkan makanan.
Xie Duan bertanya kepada tetangga-tetangganya, apakah ada yang membersihkan rumahnya dan memasak makan malam untuknya. Tapi tak seorang pun melakukan itu untuk Xie Duan. Akhirnya Xie
Duan makan santapan lezat itu dan pergi tidur.
Esok malamnya, sekali lagi Xie Duan mendapati rumahnya sudah bersih dan makanan lezat tersedia di mejanya. Seperti kemarin, tidak seorangpun mengaku telah melakukannya.
Esoknya, Xie Duan pulang dari sawah lebih awal. Ia sengaja tidak langsung masuk ke rumah, tapi mengintip dari jendela. Rumahnya masih seperti ketika ia pergi tadi pagi. Tak ada orang di dalam rumah. Xie Duan menunggu dengan sabar. Tiba-tiba ia melihat sesuatu yang bergerak di mangkuk tempat ia meletakkan siput. Seorang gadis cantik keluar dari cangkang siput. Gadis itu menyapu rumah. Kemudia ia menyiapkan makan malam.
“Nona! Nona!” Xie Duan sudah masuk ke rumah. “Siapa kau? Apakah kau yang memasak dan membersihkan rumahku?”
Gadis itu mau lari, tapi Xie Duan menghalanginya. Akhirnya ia bercerita bahwa ia adalah siput sungai yang dibawa pulang oleh Xie Duan. Ia berubah menjadi seorang wanita karena ingin membantu Xie Duan yang hidup sendirian.
Esok malamnya, sekali lagi Xie Duan mendapati rumahnya sudah bersih dan makanan lezat tersedia di mejanya. Seperti kemarin, tidak seorangpun mengaku telah melakukannya.
Esoknya, Xie Duan pulang dari sawah lebih awal. Ia sengaja tidak langsung masuk ke rumah, tapi mengintip dari jendela. Rumahnya masih seperti ketika ia pergi tadi pagi. Tak ada orang di dalam rumah. Xie Duan menunggu dengan sabar. Tiba-tiba ia melihat sesuatu yang bergerak di mangkuk tempat ia meletakkan siput. Seorang gadis cantik keluar dari cangkang siput. Gadis itu menyapu rumah. Kemudia ia menyiapkan makan malam.
“Nona! Nona!” Xie Duan sudah masuk ke rumah. “Siapa kau? Apakah kau yang memasak dan membersihkan rumahku?”
Gadis itu mau lari, tapi Xie Duan menghalanginya. Akhirnya ia bercerita bahwa ia adalah siput sungai yang dibawa pulang oleh Xie Duan. Ia berubah menjadi seorang wanita karena ingin membantu Xie Duan yang hidup sendirian.
“Bolehkah aku tinggal di sini?” tanya gadis itu.
“Aku senang sekali kau mau tinggal di sini,” kata Xie Duan. “Tapi kau lihat sendiri, aku orang miskin. Aku tidak punya apa-apa. Kalau kau tidak keberatan dengan keadaanku ini, kau boleh tinggal di sini bersamaku.”
Xie Duan kemudian menikahi gadis itu. Mereka hidup
bahagia. Banyak tetangganya mengagumi kebahagiaan pasangan muda itu. Tapi ada
juga orang yang iri dan tidak senang melihat kebahagiaan mereka.
Tuan
tanah di tempat tinggal Xie Duan melihat gadis siput dan ingin mengambilnya menjadi isterinya. Ia
menyuruh pengawalnya memanggil Xie Duan ke istananya.
“Kau
berhutang kepadaku,” kata tuan tanah. “Selama ini kau tidak pernah membayar
pajak. Sekarang kau harus membayarnya.” Ia menyebutkan jumlah yang sangat besar,
yang tidak mungkin dibayar oleh Xie Duan.
“Aku
tidak punya uang sebanyak itu, tuan.”
“Kuberi
waktu tiga hari. Kalau kau tidak dapat memberikan uang yang kuminta, isterimu
akan kuambil sebagai pembayaran.”
Xie
Duan pulang dengan sedih. Bagaimana mendapatkan uang sebanyak itu dalam tiga
hari? Ia tidak menceritakannya kepada isterinya. Ketika pengawal tuan tanah
datang untuk menjemput isterinya, Xie Duan terpaksa bercerita.
Ternyata isterinya hanya tersenyum. "Tenang saja," katanya. "Nanti, setelah aku pergi ke rumah tuan tanah, kumpulkan bulu-bulu burung, burung apa saja. Lalu buatlah bulu-bulu itu menjadi sebuah baju."
"Pada malam ketiga, tepat pada waktu bulan purnama, pergilah ke rumah tuan tanah. Tunggulah di gerbang, sampai seseorang menemuimu. Ikuti saja perintahnya."
Pengawal datang untuk mengambil uang pajak dari Xie Duan. Karena uang yang diminta tidak ada, isterinya
dibawa pergi ke rumah tuan tanah. Gadis siput hanya berkata, "Jangan lupa pesanku."
Xie Duan mengumpulkan bulu berbagai jenis burung
sebanyak-banyaknya. Lalu ia membuat baju dari bulu burung. Pada malam
ketiga, Xie Duan datang ke gerbang rumah tuan tanah.
Gadis
siput ditempatkan di kamar tidur tuan tanah. Sejak tiba di rumah orang kaya
itu, ia tidak berbicara sedikitpun, apalagi tersenyum. Ia hanya
makan sedikit sekali, seolah hanya agar tidak mati kelaparan.
Tuan tanah membawakan
pakaian dan perhiasan yang mahal untuk isteri petani itu, tapi wanita itu
seolah-olah tidak melihatnya. Tuan tanah merasa gusar dan marah. Ia ingin sekali bercakap-cakap dengan wanita itu, memberinya hadiah dan makanan yang sangat lezat dan akhirnya membujuk wanita itu agar mau menjadi isterinya. Tapi wanita itu seolah-olah menganggap dirinya tidak ada. Tuan tanah menjadi gusar tapi tidak bisa berbuat apa-apa.
Malam
itu gadis siput berdiri di depan jendela yang menghadap ke luar. Tuan tanah
duduk diam-diam, hanya memperhatikan wanita itu. ia sedang berpikir, "Apa yang harus kulakukan agar ia bersikap baik kepadaku? Apa yang harus kukatakan?"
Tiba-tiba gadis siput
tersenyum, lalu tertawa kecil. Kemudian ia tertawa keras-keras dan bertepuk
tangan.
“Mengapa
kau tertawa?” Tuan tanah gembira karena akhirnya wanita cantik itu tertawa.
“Lihat!”
kata gadis siput, menunjuk ke gerbang. Air mata mengalir di wajahnya karena tertawa.
Tuan
tanah melihat seorang pria memakai baju dari bulu burung. Tuan tanah lari ke
gerbang. Isteri petani itu tertawa melihat orang yang memakai baju burung itu. Kalau
ia memakainya, pasti wanita itu akan tertawa, dan pasti akhirnya mau diajak
berbicara.
“Hai
kau! Lepaskan baju burungmu itu. Sekarang!” kata tuan tanah kepada Xie Duan yang baru sekali dilihatnya. Ia tidak tahu orang itu adalah suami dari wanita yang direbutnya dengan licik.
Tuan
tanah mengambil baju burung Xie Duan. Lalu melepaskan bajunya dan memakai baju burung. Ia melemparkan uang receh ke
Xie Duan, lalu lari kembali ke kamarnya, meninggalkan bajunya sendiri di tempat
ia melepasnya tadi. Ia menyelinap masuk melalui jalan lain. Apa kata
pengawalnya bila melihat tuannya memakai baju yang aneh itu?
Tuan
tanah menghampiri gadis siput dan berkata, “Nah, lihat aku sekarang!” Wanita itu tidak tertawa, tapi berteriak
keras-keras, “Tolong! Pengawal! Rampok! Tolong!”
Para
pengawal segera lari ke kamar tuan tanah. Mereka tidak mengenali tuannya
sendiri. Tanpa memeriksa dan bertanya lagi, mereka langsung memukuli orang
berbaju bulu burung itu hingga luka parah. Ketika orang itu sudah tidak bergerak
lagi, pengawal memeriksa wajahnya. Mereka berusaha menolongnya. Sayang sekali, nyawa tuannya tidak
terselamatkan.
Gadis
siput pulang bersama suaminya dan kembali ke kehidupan mereka yang bahagia. Tak
lama kemudian ia melahirkan seorang bayi.
Sayangnya,
kebahagiaan keluarga kecil itu tidak berlangsung lama.
Pada
suatu hari, gadis siput ada di halaman rumah mereka yang kecil. Tiba-tiba awan hitam
melingkupi pulau itu. Terdengar suara menggelegar, “Kembalilah ke sungai
Bintang!”
Gadis
siput sebenarnya adalah seorang dewi dari istana Kaisar Langit. Ia tidak boleh
hidup di dunia, di antara para manusia. Sekarang Kaisar Langit memerintahkan
agar ia kembali ke tempat asalnya, di antara bintang-bintang.
Para pengawal istana langit muncul dari balik awan hitam, turun ke bumi. Mereka akan membawa gadis siput kembali. Xie Duan pulang dari sawah dan melihat isterinya diseret paksa olah para pengawal yang naik ke langit. Xie Duan dapat memegang tangan isterinya, tapi terlepas.
Gadis
siput memberontak.. Ia lebih memilih mati daripada meninggalkan suami dan
anaknya. Akhirnya ia dapat melepaskan diri dari para pengawal. Ia jatuh ke
sungai Min dan tenggelam.
Setelah
itu pulau itu disebut Luozhou, yang artinya kota cangkang siput. Dan sungai tempat gadis siput jatuh
dinamakan sungai siput. Di bekas tempat berdirinya rumah Xie Duan didirikan
sebuah kuil untuk menghormati gadis siput.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar