“Semua temanku melakukan itu!” adalah sebuah kalimat yang ditakuti orang tua di mana pun. Anda mungkin dapat menangkisnya dengan “Bila semua temanmu terjun ke dalam sumur, apakah kamu akan mengikutinya?”, tapi permintaan anak tadi akan mengingatkan Anda betapa kuatnya pengaruh teman terhadap anak Anda.
Tentu tidak menjadi masalah bila teman
Anda adalah anak yang sopan dan baik. “Sayangnya, anak-anak yang menarik
perhatian orang dewasa dan menarik bagi teman-temannya adalah mereka yang tidak
mematuhi aturan,” kata Nina Senatore, seorang dosen edukasi pada Simmons College
di Boston.
Apa yang harus Anda lakukan bila anak memilih teman yang tindakan dan perilakunya bertentangan dengan aturan dan nilai keluarga Anda? Fokus pada perilaku anak itu, bukan pada pertemanannya dengan anak Anda, saran para ahli perkembangan anak. Atur pendekatan Anda sesuai usia anak.
Apa yang harus Anda lakukan bila anak memilih teman yang tindakan dan perilakunya bertentangan dengan aturan dan nilai keluarga Anda? Fokus pada perilaku anak itu, bukan pada pertemanannya dengan anak Anda, saran para ahli perkembangan anak. Atur pendekatan Anda sesuai usia anak.
Ketika anak-anak berada di SD, mereka
cenderung menguji lingkungan sosial mereka dan pertemanan mereka adalah
masalah yang rumit bagi orang tua.
“Kebanyakan anak SD mengalami fase berbicara
tidak sopan, langsung dan terlalu pintar.” Kata Elizabeth Hartley-Brewer,
penulis Making Friends:
A Guide to Understanding and Nurturing Your Child’s Friendships (Da Capo Lifelong Books, 2009). “Mereka perlu, untuk mengetahui
bagaimana rasanya melangkah melewati garis dan kemudian melangkah mundur.
Mereka sering berbicara seperti ini satu sama lain di sekolah dan harus belajar
untuk tidak melakukannya dengan orang dewasa dan tidak di tempat lain.”
Bila Anda menyaksikan percakapan seperti
ini antara anak Anda dengan temannya, Anda akan tergoda untuk menghentikannya.
Ambil langkah mundur, saran Anthony Rao, Ph.D., psikolog perilaku pada Harvard
Medical School.
“Kita ingin menjadi perantara dalam
perilaku anak-anak. Tapi cobalah untuk membiarkan interaksi berkembang dengan
alami,” kata Rao. “Bila ada elemen negatif pada perilaku mereka, mereka perlu
belajar bagaimana harus bereaksi pada situasi yang negatif. Ada banyak yang
dapat dipelajari dari interaksi sosial, baik yang baik maupun yang buruk.”
Bila Anda merasa bahwa interaksi sosial
negatif terlalu sering terjadi atau bila Anda menyaksikan perilaku bermasalah
yang menurut Anda terlalu serius untuk diabaikan, cobalah untuk membicarakan
masalah itu dengan cara tidak konfronsional.
Bila teman anak Anda membuat Anda terkejut
atau kesal, cobalah untuk tidak mengatakannya kepada anak Anda, kata Hartley-Brewer.
“Pada usia ini, anak menganggap pertemanan adalah masalah yang sangat pribadi. Bila
Anda mengkritik temannya, anak mungkin lebih memihak pada teman itu daripada
Anda. Sebaliknya, fokuslah pada perilakunya.”
Jelaskan mengapa perilaku teman anak itu
tidak dapat diterima dan bertentangan dengan nilai dalam keluarha. Bersiaplah untuk
mengijinkan anak Anda ikut berbicara. Beri anak kesempatan untuk menggunakan
kemampuan penalarannya sendiri. Rao menyarankan menggunakan pertanyaan yang
melibatkan pihak ketiga untuk menjaga masalah tetap netral. Misalnya, bila Anda
melihat teman anak mem-bully
anak-anak lain, Anda dapat menanyakan kepada anak Anda, “Bagaimana pendapat
teman-teman yang lain tentang apa yang ia lakukan?” atau “Perilaku ini membuat
anak-anak merasa bagaimana?”
Bila pertemanan mempunyai pengaruh negatif
pada perilaki di sekolah, Senatore menyarankan untuk bertanya kepada anak Anda,
apa ekspektasi gurunya di kelas. “Anda membicarakan anggota komunitas yang
positif dan tidak merendahkan seorang teman,” kata Senatore. “Bukan tentang si
A berbuat buruk tapi lebih tentang bagaimana si A dapat memberikan kontribusinya
di kelas.”
Sumber: http://www.parenthood.com
Sumber: http://www.parenthood.com
http://www.parenthood.com/article/troublesome_friends_grade_school_buddies.html#.V04miNJ941g