Mengajarkan Empati Kepada Balita

·          
Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan orang lain, merasakan apa yang mereka rasakan, dan memberi respon dengan cara yang membantu dan welas asih. Anak-anak yang dapat mengidentifikasi perasaan temannya dan membantu meringankan bebannya  lebih mudah berteman, dan biasanya mencapai prestasi akademis lebih baik dan menunjukkan perkembangan moral dan emosional yang lebih tinggi.

Kemampuan mengenali emosi orang lain dan menempatkan diri pada posisi mereka adalah kemampuan yang rumit. Tiap orang mungkin memiliki tingkat empati yang berbeda-beda, dan kita dapat meningkatkan kapasitas berempati sepanjang hidup kita.

Anak-anak tidak memiliki kemampuan kognitif untuk memahami empati hingga usia 8-9 tahun, orang tua dapat mulai mengajarkan empati pada anak-anak sedini mungkin. Bahkan pada usia 6 bulan, bayi melihat pada orang tuanya untuk melhat reaksi mereka pada orang yang tidak dikenal. Namun, perkembangan terpenting terjadi pada usia 18 -24 bulan. Pada usia ini balita pertama kali menyadari bahwa orang lain mempunyai perasaan yang mungkin berbeda dengan dirinya sendiri, dan mengenali bahwa dirinya adalah pribadi yang terpisah dan berdiri sendiri. Pada usia ini, balita mampu menyerap petunjuk sosial yang diajarkan orang tua mereka dan membangun fondasi interaksi sosial yang kuat yang dapat membantu mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang merasa aman dan welas asih.

Berikut ini tips untuk mengajarkan empati kepada balita:

Jadilah seperti yang ingin Anda lihat. Bila orang tua memberi contoh interaksi sosial yang kuat dengan orang lain, anak-anak melihat, belajar dan menirukan perilaku itu. Bila Anda menunjukkan empati kepada teman, keluarga dan orang asing, anak-anak belajar bagaimana merespon dan berinteraksi dengan orang lain.

Libatkan anak dalam aktivitas sosial. Bahkan balita pun dapat belajar dari menemaini Anda untuk menyumbangkan pakaian bekas ke panti asuhan. Mereka dapat mengenali kebutuhan orang lain dan membantu mereka.

Minta anak untuk memikirkan orang lain dan ajak anak melakukan role play. Misalnya, bila anak bercerita bahwa temannya akan pindah ke daerah lain, jangan hanya menanyakan perasaan anak mengenai hal itu, mintalah anak mencoba membayangkan perasaan temannya menjelang kepindahannya. Mengajarkan empati memerlukan latihan, makin banyak Anda berbicara dengan mereka dan meminta mereka membayangkan perasaan orang lain, makin mudah anak mulai berempati kepada orang lain.  

Validasi perasaan anak Anda. Ketika anak Anda marah atau kesal, mintalah anak mengungkapkan perasaannya secara verbal. Bantu anak belajar mengenal dan mengatasi perasaannya, bukan mengesampingkannya. Dengan belajar bagaimana menyadari perasaannya sendiri, anak akan lebih siap belajar mengatasi orang lain yang juga mengalami perasaan yang rumit.

Berikan pujian ketika anak menunjukkan empati terhaddap orang lain. Walaupun mungkin anak tidak menyadari apa yang ia lakukan pada saat itu, dengan menunjukkan bahwa ia melakukan hal yang baik ketika ia memeluk anak lain yang terluka ketika bermain, Anda  memperkuat pentingnya dan kebaikan bersikap welas asih kepada orang lain.

Bermain tebak-tebakan non verbal. Ketika di taman, minta anak menebak perasaan anak yang sedang bermain ayunan. “Ia tertawa dan , matanya terbuka lebar. Ibu kira ia bahagia dan senang bermain ayunan. Bagaimana menurutmu?” atau “Lihat anak laki-laki yang duduk sendirian di sana dengan lengan disilangkan. Menurutmu,  bagaimana perasaannya?”

Mengajarkan empati sejak usia dini memberikan banyak manfaat, dari membangun dasar yang kuat untuk menghadapi tekanan dari teman sebaya dan mencegah bullying, untuk membantu anak tumbuh menjadi orang dewasa yang merasa aman dengan kapasitas untuk memiliki relasi yang sehat dan dekat dengan orang lain. 

Selalu ingatlah bahwa mengajarkan empati kepada anak membutuhkan kesabaran, karena empati adalah kemamuan yang rumit yang membuthkan waktu untuk dipelajari dan dipahami.

Sumber:
http://www.pal.ua.edu/discipline/empathy.php


Tidak ada komentar:

Posting Komentar