Bagaimana Menghadapi Anak Cengeng?


Anak Anda suka menangis karena alasan yang tidak jelas?  Misalnya, teman Anda berkunjung bersama anaknya yang sebaya dengan anak Anda. Anak-anak itu asyik bermain hingga tiba waktunya teman Anda pulang. Ketika mereka sudah pergi, anak Anda menangis dan sulit dibujuk. Makin dibujuk, makin keras tangisnya.

Dian sedang bermain sendiri. Karena kurang hati-hati ia terjatuh dan memar pada lututnya. Menangislah ia. Bukan karena sakit akibat terjatuh tapi... “Mama sih, Dian jadi jatuh!” Dian marah kepada dirinya sendiri karena tidak hati-hati dan jatuh, namun Mama yang disalahkan.

Anda ada di sebuah toko mainan bersama anak Anda. Anak Anda ingin membeli boneka cantik berambut panjang. Ternyata ada bagian boneka yang rusak. Boneka itu tinggal satu-satunya. Tentu Anda tidak ingin membeli mainan yang sudah rusak dan minta anak Anda membeli boneka model lain. Karena anak menolak, Anda mengajaknya ke toko lain. Apa yang terjadi? Anak Anda tidak mau ke luar dari toko itu dan menangis keras-keras. Toko itu cukup ramai dengan pengunjung dan Anda berdua menjadi tontonan.

Anak cengeng atau anak yang suka menangis karena sebab-sebab yang sulit dipahami sering membuat orang tua frustrasi, bahkan sering menyebabkan kejadian memalukan di depan umum.

Bagaimana menghadapi anak cengeng? Mengancam, memarahi atau menghukum anak jelas bukan solusinya. Anak cengeng biasanya terjadi karena anak tidak dapat mengendalikan emosinya. Mengajarkan anak memahami dan mengatasi emosi akan sangat membantu.

Kiat-kiat berikut dapat membantu Anda menghadapi anak yang sering menangis.

1.  Catat
Bila perilaku anak ini sering terjadi, perhatikan dan catat polanya. Apa yang terjadi sebelum anak menangis? Emosi apa yang dirasakan anak pada saat itu? Bagaimana reaksi anak pada kejadian itu?
Bila Anda dapat mengenali polanya, Anda akan lebih mudah mencari solusi yang tepat.  

2.  Jelaskan kepada  anak bahwa Anda yakin ia mampu menghadapi hidupnya
Anak-anak sering merasa tidak mampu menghadapi kesulitan hidup sehari-hari. Ajarkan realitas hidup kepada anak-anak. Bila Anda mengatakan, “Kasihan kamu, Nak,” atau “Anak malang,” anak-anak akan meyakini bahwa mereka kurang beruntung. Anda sendiri akan menjadi overprotektif  dan anak yang terlali dilindungi menjadi tidak percaya diri menghadapi emosinya dan situasi yang sulit

3.  Jelaskan bahwa anak dapat menghadapi emosinya.
Ketika anak sudah jauh lebih tenang, bicarakan hal-hal yang membuat anak sedih, kesal, marah atau kecewa. Jelaskan bahwa wajar dan tidak apa-apa merasakan suatu emosi ketika menghadapi sebuah situasi. Berikan beberapa solusi yang dapat mereka pilih dalam menghadapi situasi seperti itu.  Katakan bahwa Anda telah memberikan informasi yang dapat mereka gunakan untuk menghadapi emosi mereka. Jelaskan bahwa Anda tidak akan menolong dan menenangkan anak Anda bila ia merasa kesal dan menangis. Jelaskan bagaimana perasaan mereka sesakit apa pun akan berlalu dan anda yakin mereka dapat mengatasinya.

4.  Biarkan anak menghadapi emosinya
Jangan berusaha menenangkan anak yang menangis karena emosi. Biarkan anak merengek, mengeluh, menangis, bahkan mengamuk. Jangan memberikan reaksi seperti marah, sedih, menangis, apalagi memarahi anak. Jangan mengajak anak membicarakan masalah yang dihadapinya. Tunjukkan sikap sabar dan biarkan anak menghadapinya sendiri.

Setelah anak tenang, ajak anak membicarakan hal-hal lain seperti kejadian atau aktivitas sehari-hari. Jangan menyinggung situasi yang membuat mereka menangis.

Anda mungkin tidak sampai hati melihat anak Anda sedih dan menangis, namun perkembangan emosi anak jauh lebih penting. Bila Anda terus memberikan perhatian kepada pola merengek, mengeluh, menangis dan mengamuk itu, Anda justru membangun perilaku itu menjadi lebih kuat. Anak akan mengulanginya lagi dan lagi, dan tidak belajar untuk mengatasi emosinya Untuk membangun kepercayaan diri anak Anda mungkin perlu membiarkannya sendiri dan menghadapi emosinya. Anak akan menyadari bahwa dirinya sendiri lah yang dapat menyelesaikan masalah. 

5.  Cerita dan Role play
Masalah Anda mungkin tidak akan pergi begitu saja. Terus kembangkan rasa percaya diri anak dengan membacakan cerita yang mengandung moral dan emosi. Jelaskan bagaimana tokoh dalam cerita menyelesaikan masalahnya. Tanyakan kepada anak emosi tokoh itu ketika menghadapi masalah.
Lakukan role play untuk membantu anak mengenali emosi dan cara menghadapinya. Berpura-puralah Anda menghadapi masalah dan tunjukkan cara yang benar untuk menghadapi masalah dan menenangkan perasaan Anda. Anda juga dapat meminta pendapat anak Anda bagaimana sebaiknya menyelesaikan masalah itu. Anda dapat mengatakan “Mama kecewa dan marah karena masalah itu. Apa yang kamu lakukan bila kamu merasa kecewa atau marah?”

6.  Ajarkan cara-cara menenangkan diri
Jelaskan kepada anak Anda, bahwa ada cara untuk membantunya menenangkan diri. Ajarkan anak untuk menarik napas panjang beberapa  kali. Jelaskan bahwa menghitung sampai 10 juga dapat sangat membantunya menjadi lebih tenang. Bila memungkinkan anak juga dapat menghindar dan meninggalkan tempat itu.

7.  Berikan pujian
Pujian yang tepat sangat efektif bagi proses mengubah perilaku anak. Berikan pujian ketika anak sudah dapat mengendalikan emosinya dan menghadapi masalahnya cara-cara yang lebih baik.

Sumber:
http://terrificparenting.com/easily-upset
http://answers.yahoo.com/question/index?qid=20110225153207AAk6FmO

Gambar:http://static6.depositphotos.com/1040130/557/i/450/dep_5576116-Child-cry-sit-on-white---isolated.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar